RAJA-FARMER: PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI SANGGAR TANI MUDA DENGAN PRAKTIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM YANG BERKELANJUTAN DI KELURAHAN BAJU BODOA
Keywords:
Jamur tiram, karang taruna, pelatihan teknis, produk turunan, rumah jamur, sanggar tani mudaAbstract
Kelurahan Baju Bodoa memiliki luas daerah 3,76 km2 dan populasi sekitar 6.617 orang terbagi dalam tiga lingkungan dan empat kampung. Sumber daya alam di sektor pertanian Kelurahan Baju Bodoa terbilang sangat berpotensi jika dikembangkan menjadi sebuah inovasi baru yang bernilai ekonomi. Berdasarkan hasil observasi langsung oleh mahasiswa Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), sebagian besar kelurahan tersebut merupakan lahan sawah yang masih menjadi sumber utama pendapatan penduduk Kelurahan Baju Bodoa. Namun, profesi petani di daerah ini didominasi oleh penduduk yang berusia di atas 35 tahun, sehingga disimpulkan bahwa terjadi penurunan minat pemuda untuk terlibat dalam sektor pertanian. Di sisi lain, mahasiswa KM Pilar Unhas melihat bahwa pemuda Kelurahan Baju Bodoa memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai mitra karena sudah mempunyai lembaga sebelumnya yaitu karang taruna. Namun, para pemuda tersebut, belum mempunyai usaha tani yang memadai. Tim PPK Ormawa KM Pilar Unhas memiliki alternatif solusi, untuk membentuk sanggar tani muda, melalui program yang dinamai Rumah Jamur (Raja) Farmer meliputi kegiatan pengelolaan potensi pertanian di Kelurahan Baju Bodoa yaitu budidaya jamur tiram. Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk sanggar tani muda, membentuk kurikulum, dan menghasilkan produk jamur tiram. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini berupa pelatihan teknis, pendampingan berkelanjutan, pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan produk turunan, pengelolaan usaha dan pemasaran, pelaksanaan launching rumah jamur, pengukuhan sanggar tani muda serta monitoring dan evaluasi. Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya sanggar tani muda yang beranggotakan delapan belas orang, terbentuknya rumah jamur dan terbentuknya kurikulum non-formal.
ABSTRACT
Baju Bodoa Subdistrict covers an area of 3.76 km2 with a population of around 6,617 people, divided into three neighborhoods and four villages. The natural resources in the agricultural sector of Baju Bodoa Subdistrict hold significant potential for development into innovative economic ventures. Based on direct observations conducted by students of Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), most of the subdistrict consists of rice fields, which remain the primary source of income for the residents of Baju Bodoa Subdistrict. However, the farming profession in this area is dominated by residents aged over 35 years old, indicating a decline in youth interest in engaging in the agricultural sector. On the other hand, KM Pilar Unhas students identified that the youth of Baju Bodoa Subdistrict had significant potential to become partners as they are already organized under a youth organization called Karang Taruna. Nevertheless, these young people have not yet established adequate farming ventures. The PPK Ormawa KM Pilar Unhas team proposes an alternative solution by forming a young farmers’ group through a program named “Rumah Jamur (Raja) Farmer”, which involves managing the agricultural potential of Baju Bodoa Subdistrict, specifically through oyster mushroom cultivation. This activity aims to establish a young farmers’ group, develop a curriculum, and produce oyster mushroom products. The methods employed in this activity include technical training, continuous mentoring, procurement of facilities and infrastructure, development of derivative products, business manajemen and marketing, launching of the mushroom house, the inauguration of the young farmer’s group and monitoring and evaluation. The results of this activity include forming a young farmers’ group consisting of eighteen members, establishing a mushroom house, and creating a non-formal curriculum.
Keywords: Oyster mushroom, karang taruna, technical training, derivative products, mushroom house, young farmers.
References
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi jamur tiram di Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Bariqi, M. D. 2018. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis. 5(2): 64-69.
Hartini, E.F. 2023. Business Assistance at Local Resource-Based Young Farmers Workshop. 2(2): 69–74.
Nasihi, A., & Hapsari, T. A. R. (2022). Monitoring dan evaluasi kebijakan pendidikan. Indonesian Journal of Teaching and Learning (INTEL). 1(1): 77-88.
Nawawi, F. A., Alfira, Z. N., dan Anneja, A. S. 2022. Faktor penyebab ketidaktertarikan generasi muda pada sektor pertanian serta penanganannya. In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS),1(1): 585-593).
Sekarningrum, B., Sugandi, Y. S., & Yunita, D. 2020. Sosialisasi dan edukasi kangpisman (kurangi, pisahkan dan manfaatkan sampah). Kumawula. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 3(1): 73.
Wati, R., dan Nurlaela. 2022, Peran Pemuda dalam Kegiatan Adat Appalili di Kelurahan Baju Bodoa Kabupaten Maros, 6(3): 99-109.
Yulianto, K. (2016). Agroekologi : Model Pertanian Berkelanjutan Masa Depan. Jurnal TAMBORA. 1(3): 46–51.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdian
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Penulis diwajibkan untuk menandatangani "Surat Perjanjian Hak Cipta" atau Copyright Agreement untuk penyerahan ijin kepada pihak jurnal untuk menerbitkan tulisannya.
Authors are required to sign a "Copyright Agreement" to submit permission to the journal to publish their writings.