Pembuatan N-Asetilglukosamin dari Limbah Udang (Penaeus monodon) dengan Bantuan Kapang Beauveria bassiana

Authors

  • Ratna Handayani
  • Fabiola Fabiola

Abstract

Udang windu (Penaeus monodon) merupakan jenis udang yang paling banyak diekspor oleh Indonesia, sehingga limbah yang berupa kulit, kepala, dan ekor mengalami peningkatan. Di dalam kulit udang, terkandung 15-20% kitin. Kitin dapat dihidrolisis menggunakan enzim kitinase untuk menghasilkan N-asetilglukosamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu optimum, pH optimum dan waktu fermentasi optimum dalam pembuatan N-asetilglukosamin dari limbah kulit udang dengan bantuan kapang Beauveria bassiana. Kitin dibuat dengan terlebih dahulu melakukan demineralisasi dan deproteinasi terhadap serbuk kulit udang. Produksi N-asetilglukosamin menggunakan fermentasi substrat padat, dengan kitin sebagai substrat padat. Dari penelitian ini, kondisi optimum yang dipilih dalam produksi N-asetilglukosamin dengan bantuan kapang Beauveria bassiana ialah pada suhu 25°C, pH 7, dan waktu fermentasi pada hari ke-7. Kata Kunci: Beauveria bassiana, Kitin, N-asetilglukosamin 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Arif, A.R., Ischaidar, Natsir, Hasnah., Dali, Seniwati. 2013. Isolasi Kitin dari Limbah Udang putih (Penaeus merguiensis) Secara Enzimatis. Seminar Nasional Kimia: Peran Sains dan Teknologi Dalam mendukung Ketahanan Pangan dan Energi Nasional. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 2005. “Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist”. Virginia USA: Association of Official Analytical Chemist Inc, Washington.

Badan Informasi Geospasial (BIG). 2017. BIG Serahkan Peta NKRI Kepada Kemenkokesra. Homepage online. Available from: http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/big-serahkan-peta-nkri-kepada-kemenkokesra. Internet accessed 17 Juni 2017.

Gohel, V., Singh, A., Vimal, M., Ashwini, P., dan Chhatpar, HS. 2006. “Bioprospecting and Antifungal Potential of Chitinolytic Microorganism”. African Journal of Biotechnology 5(2), 54-72.

Komariah. 2013. Karakterisasi Kitin dan Kitosan yang Terkandung dalam Eksoskeleton Kutu Beras (Sitophilus oryzae). Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. Universitas Trisakti, Jakarta.

Nielsen, S.S. 2009. “Food Analysis” 4th ed. S.Suzane Nielsen, Springer, USA.

Pradani, F. Y., dan Widawati, M. 2015. Mortalitas Aedes albopictus akibat infeksi horizontal Beauveria bassiana dan aktivitas enzim Kitinase B.bassiana. Aspirator, 7(2), 2015, pp. 66-73

Puspawati, N.M., dan Simpen, I.N. 2010. Optimasi Deasetilasi Khitin dari Kulit Udang dan Cangkang Kepiting Limbah Restoran Seafood menjadi Khitosan melalui Variasi Konsentrasi NaOH. Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia 4 (1), Januari 2010: 79-90.

Suryadi, Y., Priyatno, T.P., Samudra, I.M., Susilowati, D.N., Lawati, N., dan Kustaman, E. 2013. Permunian Parsial dan Karakterisasi Kitinase Asal Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Isolat BB200109. Jurnal AgroBiogen 9(2):77-84.

Wulandari, F. 2009. Optimasi Produksi N-Asetilglukosamina dari Kitin Melalui Fermentasi oleh Aspergillus rugulosus 505. Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Downloads

Published

2018-07-22

How to Cite

Handayani, R., & Fabiola, F. (2018). Pembuatan N-Asetilglukosamin dari Limbah Udang (Penaeus monodon) dengan Bantuan Kapang Beauveria bassiana. Prosiding Simposium Nasional Kelautan Dan Perikanan, 5. Retrieved from http://journal.unhas.ac.id/index.php/proceedingsimnaskp/article/view/4653