PENGARUH JALUR KABEL BAWAH LAUT TERHADAP EKOSISTEM PANTAI TANJUNG BEMBAN

Penulis

  • Robby Nurdiansyah Teknik Kelautan ITL TRISAKTI Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.62012/sensistek.v5i2.24242

Kata Kunci:

Kata Kunci: Survei Ekosistem Pesisir, Metode Upt, Kabel Eksisting

Abstrak

Kabel bawah laut pertama kali diletakkan pada tahun 1850-an dan kemudian hanya digunakan untuk komunikasi telegrafi. Sistem Kabel Jawa-Sumatera-Kalimantan (JASUKA) adalah kabel komunikasi bawah laut sepanjang 354 kilometer yang membentang di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. JASUKA dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Kabel ini dianggap sebagai kabel terbaik untuk telekomunikasi karena menggunakan teknologi serat optik. Hal ini memungkinkan transmisi data yang sangat cepat melalui serat kaca tipis ke penerima di ujung kabel yang lain. Fiberglass ini dibungkus dengan lapisan plastik dan kawat baja untuk perlindungan. Kabel bawah air biasanya lebarnya sama dengan selang yang digunakan untuk menyiram tanaman. Filamen yang mentransmisikan sinyal cahaya pada kawat juga sangat tipis, seukuran rambut manusia. Serat ditutupi dengan beberapa lapisan isolasi dan perlindungan. Kabel yang dirutekan dekat dengan pantai menggunakan lapisan pelindung tambahan untuk perlindungan tambahan. Kabel bawah laut tidak sepenuhnya berada di bawah air. Di dekat pantai, kabel dikubur di dasar laut untuk perlindungan. Peletakan sistem kabel bawah laut adalah sistem kabel bawah laut yang melintasi Tanjung Bemban, Kota Batam, Kepulauan Riau. Di laut dalam, kabel diletakkan langsung di dasar laut, membutuhkan beberapa survei. Salah satunya adalah kajian tentang ekosistem pesisir. Makalah ini disusun sebagai gambaran hasil survei ekosistem pesisir yang dilakukan terhadap tiga ekosistem utama pesisir: ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem di kawasan kegiatan masih terjaga dengan baik.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Giyanto. 2013. Metode Transek Foto Bawah Air untuk Penilaian Kondisi Terumbu Karang. Oseana, 38 (1): 47-61

Hadi TA, Giyanto, Prayudha B, Hafizt M, Suharsono AB. 2018. Status Terumbu Karang Indonesia 2018. Jakarta (ID): Puslit Oseanografi LIPI Pr.

Hernawan UE, Nurul DMS, Indarto HS, Suyarso, Marindah YI, Kasih A, Rahmat. 2017. Status Padang Lamun Indonesia 2017. Puslit Oseanografi – LIPI. Jakarta.

Jalaluddin M, Octaviyani IN, Putri ANP, Octaviyani W, Aldiansyah I. 2020. Padang lamun sebagai ekosistem penunjang kehidupan biota laut di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Indonesia. J, Geografi Gea 20(1): 44-53.

H. Palippui, “Analysis Of The Installation Of Subsea Pipelines To Support The Need For Clean Water In Supporting Tourism Development On Kayangan Island”, Journal of Maritime Technology and Society, vol. 1, no. 1, pp. 1-9, Feb. 2022.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2022-11-26

Cara Mengutip

Nurdiansyah, R. (2022). PENGARUH JALUR KABEL BAWAH LAUT TERHADAP EKOSISTEM PANTAI TANJUNG BEMBAN . Riset Sains Dan Teknologi Kelautan, 5(2), 120-126. https://doi.org/10.62012/sensistek.v5i2.24242

Terbitan

Bagian

Oseanografi dan Keteknik Pantaian