Pendapatan Masyarakat pada Komponen Silvopasture dan Agrisilvikultur Kecamatan Parangloe Kabupaten gowa
DOI:
https://doi.org/10.24259/jhm.v0i0.3908Keywords:
Pendapatan, Silvopastur, AgrisilvikulturAbstract
Pendapatan Masyarakat pada Komponen Silvopasture dan Agrisilvikultur Kecamatan Parangloe Kabupaten gowa
The Community Revenue In Silvopasture Components and Agrisilvikulture Parangloe Districles Gowa Regency
Muthmainnah1, Irma Sribianti2
1. Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar
Email : muthmainnah.zainuddin@unismuh.ac.id
2. Staf Pengajar Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar
ABSTRACT. This study aims to (1) identify the types of income from the components of silvopasture and agrisilvikulture (2) to know the income of farmers from the components of silvopasture and agrisilvikulture. This study was conducted for 3 months from April to July 2016. The respondent sample is a member of the community who earn income from the components of silvopasture and agrisilvikulture. Sampling technique conducted in this research is census method that is 20 head of family from population to be sample. The results showed that the farmers who apply the silvopasture component combine the plant component of forestry in the form of white teak with an average income of Rp. 3.310.773 / year and livestock components in the form of cattle Rp. 2.307.727 / year. The agrisilvikulture component is a forestry component of teak white with an average income of Rp. 2,155,889 / year combined with agricultural crops such as rice with an average income of Rp. 1.372.500 / year, corn of Rp. 4.232.000 / year, cassava Rp. 4.347.500 / year, long beans of Rp. 627,500 / year, cucumber of Rp. 505.000 / year and pare of Rp. 530,000 / year. Silvopasture component revenue is Rp 61,803,500 / year with an average of Rp.5.618.500 / year or 47.08%. While the results from agrisilvikultur with a value of Rp 56.834.000 / year with an average of Rp 6.314.889 / year or 52.92%. This shows that the audiovisual income is higher than that of silvopasture.
Keywords: Revenue; Silvopasture; Agrisilvikulture
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis-jenis pendapatan dari komponen silvopasture dan agrisilvikulture (2) mengetahui pendapatan petani dari komponen silvopasture dan agrisilvikulture. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan April sampai Juli 2016. Sampel responden merupakan anggota masyarakat yang memperoleh pendapatan dari komponen silvopasture dan agrisilvikulture. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode sensus yaitu 20 kepala keluarga dari populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani yang menerapkan komponen silvopasture mengkombinasi antara tanaman komponen kehutanan berupa jati putih dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 3.310.773/tahun dan komponen peternakan berupa sapi sebesar Rp. 2.307.727/tahun. Komponen agrisilvikulture berupa komponen kehutanan yaitu jati putih dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 2.155.889/tahun yang dipadukan dengan tanaman pertanian seperti padi dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 1.372.500/tahun, jagung sebesar Rp. 4.232.000/tahun, ubi kayu Rp. 4.347.500/tahun, kacang panjang sebesar Rp. 627.500/tahun, mentimun sebesar Rp. 505.000/tahun dan pare sebesar Rp. 530.000/tahun. Pendapatan komponen silvopasture sebesar Rp 61.803.500/tahun dengan rata-rata Rp.5.618.500/tahun atau 47,08%. Sedangkan hasil dari agrisilvikultur dengan nilai Rp 56.834.000/tahun dengan rata-rata Rp 6.314.889 /tahun atau 52,92% . Ini menunjukkan bahwa pendapatan agrisilvikultur lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari silvopasture.
Kata kunci: Pendapatan; Silvopastur; Agrisilvikultur
References
Ainurrasjid. 2001. Agroforestry Suatu Pengantar. Institut Pertanian Malang. Malang
Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumber Daya Hutan Dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dephut,1990. Dalam Social forestry, pusat penelitian dan pengembangan perubahan iklim dan kebijakan.Bogor
Hairiah et al,2003.Dalam Marrtial tri Agrofrestri Pola Pemanfaatan Tanah Berkelanjutan, Graha ilmu. Yogyakarta
Hakim, 2010, Social forestry, pusat penelitian dan pengembangan perubahan iklim dan kebijakan.Bogor
Lahjie,2001. Teknik Agroforestry. UPN Veteran, Jakarta. Di kutip pada skripsi Imran Pendapatan Petani Dengan Sistem Agroforestri di Desa Baroko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang skripsi Sarjana Kehutanan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas muhammadiyah, Makassar. (Tidak di Publikasikan)
Mustofa, Djogo, Arifin dan Wijayanto, 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi
Komponen Agroforestri. Bogor, Indonesia
Muthmainnah. 2012. Nilai Manfaat Hutan Pada Catchment Area Das Tanralili Kabupaten Maros. Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin. Makassar
Salomon. 2005. Studi Agrosilvopastura Berbasis Lahan. Institut Pertanian
Malang. Malang.
Sardjono 2003. Klasifikasi dan pola kombinasi komponen agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office.Bogor
Watanabe 1999.Departemen Kehutanan Pusat Bina Penyuluh Kehutanan Hasil Studi Agroforestri departemen kehutanan pusat bina penyuluhan kehutanan. Jakarta
Widianto et al.,2003. Dalam Marrtial tri Agrofrestri Pola Pemanfaatan Tanah Berkelanjutan,Graha ilmu. Yogyakarta