PAPPASENG: PEWARISAN PESAN PESAN KOMUNIKASI BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PEREMPUAN BUGIS DI SULAWESI SELATAN

Authors

  • Fathiyah Fathiyah Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin
  • Hafied Cangara Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin
  • Nurhayati Rahman Fakultas Ilmu budaya, Universitas Hasanuddin

DOI:

https://doi.org/10.31947/kjik.v6i1.5171

Keywords:

Pappaseng, Pewarisan Budaya, Karakter Perempuan Bugis

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui 1). bentuk  pesan- pesan dalam pappaseng yang dijadikan sebagai warisan budaya yang berkaitan dengan pembentukan karakter perempuan Bugis; 2). proses pewarisan pesan-pesan tersebut kepada perempuan dalam masyarakat Bugis.dan 3). Bentuk karakter perempuan ideal bagi masyarakat Bugis. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif naratif. Data dianalisis dengan tiga tahap, yaitu: mengidentifikasi dan memahami data Pappaseng berdasarkan pesan yang ditujukan kepada perempuan, menguraikan data berdasarkan narasumber yang ditemui dilapangan dan menganalisis hubungan antara paseng yang ada dalam lontaraq dengan data lapangan dari narasumber. Data dalam penelitian ini berupa naskah yang telah dikumpulkan oleh para filolog dan budayawan Bugis yang telah ditranskripsikan dan diterjemahkan, serta didukung dengan wawancara terhadap beberapa informan. Hasil penelitian menunjukkan banyak warisan dalam lontaraq maupun dalam budaya tutur yang mengandung makna pembentukan karakter perempuan Bugis agar senantiasa : Matanre siriq (menjaga kehormatan), malebbiq (sederhana), mapakkeq (disiplin), misseng dapureng (pintar memasak), malabo (dermawan), serta setia kepada suami. Pewarisan pesan pesan komunikasi budaya pada masyarakat Bugis terhadap perempuan terjadi melalui proses sosialisasi dan enkulturasi. Sosialisasi  melalui proses verbal yakni melalui nasehat, petuah, wejangan dan juga tindakan yang berupa orang tua memberi contoh mengenai apa yang baik, dan tidak baik kepada anak, adapun proses enkulturasi terjadi melalui pembiasaan oleh anak terhadap nilai-nilai yang dipelajari dari orang tua maupun terhadap lingkungan sekitarnya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Badruddin S. (2012). Gaukeng To Wajo'E; Manajemen Sukses Mengasuh Anak Etnik Bugis Wajo. Yogyakarta: Leutika Books.

Cangara H. (2014). Perantau Bugis-Makassar Dan Penduduk Asli Daerah Tujuan "Menyikapi Benth Konflik Antar Etnis Dalam Rangka Harmonisasi Kehidupan Berbangsa Di Indonesia Bagian Timur". Makassar: Universitas Hasanuddin (laporan Penelitian)

Ghony M. D. & Fauzan A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Depok: Ar-Russ Media.

Idrus N.I. (2016). Siri', Gender, andSexualityamonthe Bugis in South Sulawesi. Antropologi Indonesia Januari 2005, Vol 29 (1)

Iswary E. (2012). Interaksi Kelisanan Dan Keberaksaraan : Ekspresi Simbolik "Kerinduan” Dalam Kelong Makassar. Disajikan pada Seminar ATL, di Tanjung Pinang, 23 Juni27 Juni 2012.

Kesuma A. I. (2002). Migrasi & Orang Bugis. Yogyakarta: ombak

krisnatuti D. & Putri H. A. (2012). Gaya Pengasuhan Orang Tua, Interaksi Serta Kelekatan Ayah, Anak, Remaja dan Kepuasan Ayah. Jurnal I1mu Keluarga Dan Konsumen. Vol. 5 Agustus 2012. P: 101-109. ISSN: 1907-6037

Lestari S. (2014). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai &Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: kencana

Pelras C. (2006). Manusia Bugis. Jakarta: Nalar bekerjasama dengan Forum Jakarta-Paris.

Rahman N. (2008). Retna Kencana ColliqPujie Arung PancanaToa 1812-1876. Intelektual Pengerak Zaman. Makassar: Lagaligo Pres

Rahman N. (2012). Suara-Suara Dalam Lokalitas. Makassar: Lagaligo Pres.

Rubent B. ( 2014). CommunicationAnd Human Behaviour. America: Kendal Hunt

Downloads

Published

2018-10-03

Issue

Section

Articles