Kemana produktivitas daun lamun mengalir?
DOI:
https://doi.org/10.35911/torani.v1i1.3795Abstract
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di laut dangkal. Sebagai tumbuhan, lamun berperan
sebagai produser primer yang memberikan kontribusi bagi biota laut maupun ekosistem lainnya. Hasil produksi
primer dari lamun akan masuk ke beberapa kompartemen. Namun berapa besar aliran produksi tersebut ke tiap
kompartemen masih menjadi pertanyaan. Penelitian bertujuan untuk melihat berapa besar hasil produksi daun
lamun yang dialirkan ke kompartemen lain. Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar selama 4
periode yang mewaikili musim hujan, peralihan I, musim kemarau dan peralihan II. Penelitian dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu (1) mengestimasi produktivitas daun lamun, (2) mengestimasi stok karbon daun
lamun, (3) mengestimasi besarnya grazing daun lamun oleh bulu babi dan herbivora lain, (4) mengestimasi
besarnya produksi serasah daun lamun, baik yang tenggelam di dasar maupun yang terbawa keluar dari
ekosistem lamun. Hasil penelitian menujukkan total karbon yang dialirkan ke kompartemen lain mencapai
2,20% dari stok karbon daun atau setara 81,8% dari produktivitas daun. Aliran produksi melalui serasah yang
melayang sebesar 0,59% dari stok karbon (setara 22,0% dari produktivitas daun), serasah tenggelam 1,36% dari
stok karbon (setara 50,6% dari produktivitas daun), grazing bulu babi 0,04% dari stok karbon (setara 1,4% dari
produktivitas daun) dan grazing oleh herbivora lain 0,21% dari stok karbon (setara 7,9% dari produktivitas
daun). Dalam konteks aliran produksi, hasil produksi primer lamun paling banyak berkontribusi dalam ekosistem
lamun sendiri sebagai serasah, bisa dimanfaatkan oleh detritivore sebagai makanan, terdekomposisi sebagai
unsur hara, atau terkubur sebagai cadangan karbon. Hanya sebagian kecil produksi primer dimanfaatkan secara
langsung oleh herbivora.
Kata kunci : produktivitas daun lamun, aliran produksi daun lamun, grazing lamun, serasah lamun
References
Bos, A.R., Bouma, T.J., de Kort, G.L.J. & van Katwijk, M.M. 2007. Ecosystem engineering
by annual intertidal seagrass beds: sediment accretion and modification. Est. Coast.
Shelf Sci. 74: 344-348.
Cebrian, J. 2002. Variability and control of carbon consumption, export and accumulation in
marine communities. Limnol Oceanogr 47 (1): 11-22.
Coppard, S.E. & Campbell, A.C. 2007. Grazing preferences of diadematid echinoids in Fiji.
Aquat. Bot. 86: 204-212.
Duarte, C.M. & Cebrian, J. 1996. The fate of marine autotrophic production. Limnol.
Oceanogr. 41(8): 1758-1766.
Edgar, G.J., Mukai, H. & Orth, R.J. 2001. Fish, crab, shrimps and other large mobile
epibenthos: measurement methods for their biomass and abundance in seagrass. Di
dalam: Short, F.T. & Coles, R.G., editor. Global Seagrass Research Methods. Elsevier
Science B.V. Amsterdam. p. 254-270.
Githaiga, M.N., Gilpin, L., Kairo, J.G & Huxham, M. 2016. Biomass and productivity of
seagrasses in Africa. Botanica Marina 59 (2-3): 173-186.
Haerul, A., Yasir, I. & Supriadi. 2012. Daya grazing dan preferensi makanan bulu babi
terhadap berbagai jenis lamun di Perairan Pulau Barranglompo Makassar. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan VIII Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia,
Makassar 25-27 September 2011.
Heck Jr, K.L., Carruthers, T.J.B., Duarte, C.M., Hughes, A.R., Kendrick, G., Orth, R.J. &
Williams, S.W. 2008. Trophic transfers from seagrass meadows subsidize diverse
marine and terrestrial consumers. Ecosystems 11: 1198-1210.
Kirsch, K.D., Valentine, J.F. &, Heck Jr, K.L. 2002. Parrotfish grazing on turtlegrass
Thalassia testudinum: evidence for the importance of seagrass consumption in food web
dynamics of The Florida Keys National Marine Sanctuary. Mar Ecol Prog Ser 227: 71-
Mateo, M.A., Cebrian, J., Dunton, K. & Mutchler, T. 2006. Carbon flux in seagrass
ecosystems. Di dalam: Larkum, A.W.D., Orth, R.J. & Duarte, C.M., editor.
Seagrasses: Biology, Ecology and Conservation. Springer. Dordrecht. p.159-192.
Nienhuis, P.H, Coosen, J. & Kiswara, W. 1989. Community structure and biomass
distribution of seagrass and macrofauna in the Flores Sea, Indonesia. Neth J Sea Res
: 197-214.
Nojima, S. & Mukai, H. 1996. The rate and fate of production of seagrass debris in cages
over a Syringodium isoetifolium (Aschers.) Dandy Meadow in Fiji. Di dalam: Kuo, J.,
Phillips, R.C., Walker, D.I. & Kirkman, H., editor. Seagrass Biology: Proceedings of an
International Workshop, Rottnest Island, Western Australia 25-29 Januari 1996.
Ondiviela, B., Losada, I.J., Lara, J.L., Maza, M., Galván, C., Bouma, T.J. & van Belzen, J.
The role of seagrasses in coastal protection in a changing climate. Coastal
Engineering 87: 158-168.
Short, F.T. & Duarte, C.M. 2001. Methods for the measurement of seagrass growth and
production. Di dalam: Short, F.T. & Coles, R.G., editor. Global Seagrass Research
Methods. Elsevier Science B.V. Amsterdam. p.155-182.
Supriadi. 2012. Stok dan neraca karbon komunitas lamun di Pulau Barranglompo Makassar.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supriadi & Arifin. 2005. Pertumbuhan, biomassa dan produksi lamun Enhalus acoroides di
Pulau Bone Batang Makassar. Protein 12 (2): 293 – 302.
Supriadi, Soedharma, D & Kaswadji, R.F. 2006. Beberapa aspek pertumbuhan lamun Enhalus
acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barranglompo Makassar. Biosfera 23 (1): 1-8.
Susetiono. 2007. Lamun dan Fauna Teluk Kuta, Pulau Lombok. LIPI Press, Jakarta.
Unsworth, R.K.F,, Garrard, S.L., De Leon, P.S., Cullen, L.C., Smith, D.J., Sloman, K,A. &
Bell, J.J. 2009. Structuring of Indo-Pacific fish assemblages along the mangroveseagrass
continuum. Aquat Biol 5: 85-95.
Unsworth, R.K.F., Taylor, J.D., Powell, A., Bell, J.J. & Smith, D.J. 2007. The contribution of
scarid herbivory to seagrass ecosystem dynamic in The Indo-Pacific. Estuar Coast
Shelf Sci., doi: 10.1016/j.ecss.2007.04.001 (in press) (akses tanggal 3 Februari 2009).
Vonk, J.A., Christianen, M.J.A. & Stapel, J. 2008. Redefining the trophic importance of
seagrass for fauna in tropical Indo-Pacific meadows. Est. Coast. Shelf Sci. 79: 653-660.