Sebaran Spasial Tumbuhan Penghasil Minyak Kayu Putih di Taman Nasional Wasur

Authors

  • Edy Junaidi Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
  • Aji Winara Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
  • Mohamad Siarudin Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
  • Yonky Indrajaya Balai Penelitian Teknologi Agroforestry

Keywords:

Sebaran spasial, A. symphyocarpa, M. cajuputi, M. viridiflora, TN Wasur

Abstract

Pemanfaatan jenis tanaman penghasil minyak kayu putih di Taman Nasional(TN) Wasur perludidukung data dan informasi yang akurat. Hal ini menjadi penting mengingat eksploitasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan terganggunya fungsi kawasantamannasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial tigajenis tanaman penghasil kayu putih, yaitu jenis Asteromyrtus symphyocarpa, Melaleuca cajuputidan Melaleuca viridiflorayang ada di kawasan TN Wasur. Secara umum sebaran tigajenis tanaman penghasil kayu putih sebagian besar berada pada wilayah Yanggandur.Pusat sebaran ketiga jenis kayu putih ini berada di sekitar Kampung/Desa Yanggandur, Mbembi, Wasur dan Sota.Sebaran ketiga jenis penghasil minyak kayu putih ini sebagian besar terdapat di sekitar rawa, khususnya di Rawa Sermayam, Rawa Buaya dan Rawa Biru. Luas habitat ketiga jenis penghasil kayu putih adalah 103.011,75 ha. A. symphyocarpa merupakan jenis yang mendominasi Taman Nasional Wasur yaitu 8,30% dari luas taman nasional, diikuti oleh jenis M. cajuputi seluas 8,27% dan M. viridiflora seluas 7,03%. Jenis A. symphyocarpaumumnya dominan tumbuh pada jenis tanah Kambisol, sedangkan M. cajuputi dan M. viridiflora tumbuh dominan pada jenis tanah Kambisol dan Gleysol.

References

Abiun, S. and Andreoli, R. (2011). Charcool daes not Change the Decomposition Rate of Mixed Litter in a Miniral Cambisol : a controllid conditions study. Biol Fertil Soils, 47, 111 – 114.

Ariesta, G A. (2008). Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Basevich, V.F. (2011). Soil Succession and Their Connection with Heterogeneity of Pdsolic Soil. Moscow University Soil Scince Bulletin, 66(3), 108 – 122.

Budiadi.HT. Ishii HT, S. Sunarto, Y. Kanazawa Y. (2005). Variation in Kayu Putih (melaleuca leucadendron Linn) Oil Quality under Different Farming System in Java, Indonesia. Eurasian Journal Forestry Research, 8(1), 15-20.

Dwi Prasetyo, R. (2006). Kajian Spasial Sebaran Vegetasi Menggunakan Citra Ikonos dan Sistem Informasi Geografis : Studi Kasus di Sub DAS Ciliwung Hulu (Skripsi). Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Fence, Z P H. (2009). Kajian Pola Sebaran Spasial dan Keanekaragaman Jenis Vegetasi pada Daerah Tangkapan Air Taman Wisata Alam Gunung Meja (Tesis). Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Heitcamp, F., Roupp, J. And Ludwig, B. (2009). Impact of Fertilizer Type and Rate on Carbon and Nitrogen Pool in a Sandy Cambisol. Plant Soil, 319, 259 -275.

Indrajaya, Y., A. Winara, M. Siarudin, E. Junaedi, A. Widiyanto. (2013). Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Minyak Kayu Putih Tradisional di Taman Nasional Wasur, Papua. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, 10(01), 21-32.

Lillesand, T. M and R. W. Kiefer. (1990). Remote Sensing and Image Interpretation. Terjemahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purba, M. (1999). Prospek dan kontribusi Taman Nasional Wasur terhadap Pembangunan daerah. Prosiding pertemuan regional pengelolaan Taman Nasional Kawasan Indonesia Timur. Kerjasama Departemen Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Protected Areas and Forest. Manado. http.www.nrm.bappenas.go.id. diakses pada tanggal 29 Februari 2009.

Raharjo, G.T. (1996). Studi penyebaran jenis Melaleuca spp dan identifikasinya pada kawasan Taman Nasional Wasur Merauke (Skripsi). Manokwari: Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih. (Tidak dipublikasikan).

Rahmi, J. (2009). Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus Kawasan Hutan Resort Tangkahan, Citra Raja, Sae Lepan dan Kawasan Sistem Leuser (KSL) (Skripsi), Medan: Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. (Tidak dipublikasikan).

Sheremet, B.V. (2006). Soil Horizons as The Basic for Clasification of Alluvial Soil. Eurasion Soil Scacion, 36(2), 127 – 133.

USDA,. (2003). Keys to Soil Taxonomy Ninth Edition. Soil survey staff. Natural Resources Conservation Service. United States Department of Agriculture, pp: 41 – 283.

Wangiyana, W., Cornish, P.S. and Morris, E.C. (2006). Arbusculer Mycorrhizal Fungi Dynamics in Contrasting Cropping Systems on Verttisol and Regosol Soil of Lombok Indonesia. Experemental Agriculture, 42(4), 427 – 439.

Winara, A., K. Lekitoo dan H. Warsito. (2008). Kajian biofisik taman nasional di Papua (I): Taman Nasional Wasur (Laporan Hasil Penelitian). Manokwari: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. (Tidak dipublikasikan)..

--------------, K. Lekitoo, R. G. N. Triantoro dan Mandibodibo L. (2009). Kajian potensi biofisik taman nasional di Papua (II): Taman Nasional Wasur (Laporan Hasil Penelitian). Manokwari: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. (Tidak dipublikasikan).

Downloads

Published

2015-08-31

Issue

Section

Articles