Sifat anatomi, kimia, fisik, dan mekanik kayu wagha (Archidendron jiringa (Jack.) Nielsen) dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur

Wagha Archidendron jiringa jengkol Flores kegunaan kayu

Authors

  • Heny Rianawati
    heny.rianawati@gmail.com
    Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang
  • Retno Setyowati Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang
  • Aziz Umroni Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang
  • Siswandi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banjarbaru
March 31, 2021

Downloads

Kayu wagha (Archidendron jiringa(Jack.) Nielsen) merupakan salah satu jenis kayu potensial dari Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian sifat dasar kayu wagha belum banyak dilakukan dibandingkan penelitian wagha sebagai tumbuhan obat. Mengingat kayu wagha digunakan juga oleh masyarakat sebagai kayu konstruksi, oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui struktur anatomi, sifat kimia, fisis dan mekanik kayu wagha yang diambil dari Desa Nangapanda, Kabupaten Ende, NTT. Pengujian sifat anatomi, kimia, fisis, dan mekanik dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Bogor. Pengamatan struktur anatomi kayu berdasarkan daftar ciri mikroskopis identifikasi kayu daun lebar (IAWA). Analisis mutu serat kayu berdasarkan pada kelas mutu untuk pulp/kertas. Pengujian sifat kimia kayu meliputi: kadar ekstraktif, kadar selulosa, kadar pentosan, kadar lignin, kadar abu, dan silika. Pengujian sifat fisis dan mekanis kayu mencakup: kadar air, berat jenis, kerapatan, penyusutan arah radial dan tangensial, keteguhan lentur pada batas proporsi dan batas patah, modulus elastisitas, keteguhan tekan sejajar serat, tegak lurus serat, geser sejajar serat, dan keteguhan pukul. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ciri utama struktur anatomi kayu wagha adalah memiliki tipe parenkim vaskisentrik, aliform dan konfluen. Komposisi sel penyusun jari-jarinya adalah seluruhnya sel baring, terdapat kristal prismatik, dinding serat sangat tebal dengan kualitas serat kelas II. Kayu wagha memiliki kadar selulosa dan ekstraktif tinggi; kadar lignin, abu dan silika sedang; serta pentosan rendah, sehingga kurang sesuai untuk bahan baku pulp ataupun bioetanol. Kelas kuat kayu wagha tergolong kelas II-I (kuat). Oleh karenaitu kayu wagha cukup potensial digunakan sebagai kayu struktural/konstruksi untuk menyangga beban berat.