Karakteristik ekstrak tanin kulit kayu pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese)
Downloads
Perekat merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan dalam industri pengolahan kayu komposit. Perekat sintetis, yang umumnya digunakan pada pembuatan kayu komposit, mengandung emisi formaldehida yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatanmanusia. Oleh karena itu,diperlukan alternatif jenis perekat lain untuk mengurangi penggunaanperekat sintetis. Tanin merupakan senyawa polifenol berasal dari tumbuhan yang berpotensi dijadikan sebagai perekat alami. Tanin dalam jumlah besar banyak ditemukan pada kulit kayu, khususnya pada kulit kayu Pinus merkusii. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh datakarakteristik fisik dan kimia pada ekstrak tanin kulit Pinus merkusii. Tanin diperoleh melalui metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut air panas.Sifat fisikyang diamatiantara lain warna, kadar padatan,dan viskositas. Sifat kimia yang diamati berupa pH, analisis FTIR(Fourier-transform Infrared Spectroscopy), dan analisis GCMS(Gas Chromatography Mass Spectroscopy). Ekstrak tanin cair yang diperoleh berwarna cokelat terang, memiliki kadar padatan 0,3% dan viskositas 2,65 centipoise. Ekstrak tanin Pinus merkusiimemiliki pH asam yaitu 4,23. Setelah dilakukan analisis gugus fungsi melalui uji FTIR, maka gugus fungsi yang terkandung dalam ekstrak kulit pinus adalah gugus hidroksil, gugus karbonil, gugus CH alkana, cincin aromatik, aldehida,dan gugus eter. Hasil analisis GCMS menunjukkanbahwa beberapa senyawa fenolik terkandung dalam ekstrak tanin kulit pinus dengan konsentrasi sebesar 7,75%. Oleh karena adanya gugus fenolik, maka tanin dapat bereaksi terhadap formaldehida sehingga dapat berpolimerisasi kondensasi menjadi bahan perekat kayu.
Awaliyan, H. M. R., Rosamah, E., & Sukaton, E. (2017). Karakteristik tanin dari ekstrak kulit kayu leda (Eucalyptus degluptaBlume.). ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 1(1), 16–28.
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Produksi Kehutanan. Diakses dari: ttps://www.bps.go.idtanggal 01 November 2020
Bianchi, S., Kroslakova, I., Janzon, R., Mayer, I., Saake, B., & Pichelin, F. (2015). Characterization of condensed tanninsand carbohydrates in hot water bark extracts of European softwood species. Phytochemistry, 120, 53–61.
Chupin, L., Motillon, C., Charrier-El Bouhtoury, F., Pizzi, A., & Charrier, B. (2013). Characterisationof maritime pine (Pinus pinaster) bark tannins extracted under different conditions by spectroscopic methods, FTIR and HPLC. Industrial Crops and Products, 49, 897–903.
Danarto, Y. C., Ajie Prihananto, S., & Anjas Pamungkas, Z. (2011). Pemanfaatan tanin dari kulit kayu bakau sebagai pengganti gugus fenol pada resin fenol formaldehid. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” 2011, 1–5. Diakses dari: https://core.ac.uk, tanggal 24 Agustus2019.
Derkyi, N. S. A., Sekyere, D., & Darkwa, N. A. (2014). Effect of extraction solvent on tannin-formaldehyde adhesives for plywood production. JENRM, I(2), 2026–6189.
Gaspar, F., Cruz, H., Gomes, A., & Nunes, L. (2010). Productionof glued laminated timber with copper azole treated maritime pine. European Journal of Wood and Wood Products, 68(2), 207–218.
Gonultas, O. (2018). Properties of pine bark tannin-basedadhesive produced with various hardeners. BioResources, 13(4).9066-9078.
Grigsby, W., & Warnes, J. (2004). Potential of tannin extracts as resorcinolreplacements in cold cure thermoset adhesives. Holz Als Roh -Und Werkstoff, 62(6), 433–438.
Hagerman, A. E. (2002). Tannin Handbook. In Condensed tannin structural chemistry. Miami University.
Hermawan, A. (2001). Penggunaan tanin kulit kayu tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriest) sebagai perekat kayu lapis eksterior. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Diakses dari: http://repository.ipb.ac.id tanggal 31 Maret 2019.
Iriany, FlorentinaPandiangan, & Christina Eka P. (2017). Ekstraksi tanin dari kulit kayu akasia dengan menggunakan microwave: pengaruh daya microwave, waktu ekstraksi dan jenis pelarut.Jurnal Teknik Kimia USU, 6(3), 52–57.
Jessica. (2018). Karakterisasi dan pengembangan tanin ekstrak kulit mangium (AcaciamangiumWilld.) sebagai perekat kayu laminasi [Disertasi]. Diakses dari: https://repository.ipb.ac.id, tanggal 31 Maret 2019
Kusmayadi, Y. (1989). Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi kulit Pinus merkusiiJung et de Vriest, Accacia decurrensWild dan Rhizophora mucronata[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan)
Lee, W. J., & Lan, W. C. (2006). Properties of resorcinol-tannin-formaldehyde copolymer resins prepared from the bark extracts of Taiwan acacia and China fir. Bioresource Technology, 97(2), 257–264.
Lestari, A. S. R. D. (2015). Glulam dari kayu cepat tumbuh dengan perekat tanin dari ekstrak kulit mahoni [tesis]. Institut Pertanian Bogor. diakses dari: https://repository.ipb.ac.id tanggal 31 Maret 2019.
Lestari, A. S. R. D. (2018). Sintesisdan karakterisasi perekat tanin mahoni untuk balok glulam dari kayu cepat tumbuh [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Diakses dari: https://repository.ipb.ac.id tanggal 31 Maret 2019.
Pari, G. (1990). Beberapa Sifat Fisis dan Kimia Ekstrak Tanin. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,6(8), 477–487.
Ping, L., Pizzi, A., Guo, Z. D., & Brosse, N. (2012). Condensed tanninsfrom grape pomace: Characterization by FTIR and MALDI TOF and production of environment friendly wood adhesive. Industrial Crops and Products, 40(1), 13–20.
Pratini, C. E. (2017). Ekstraksi tanin dari kulit kayu pinus dengan bantuan microwave: pengaruh daya microwave, jenis pelarut dan waktu ekstraksi. Jurnal Integrasi Proses, 6(4), 155-161.
Rachmawati, O., Sugita, P., & Santoso, A. (2018). Sintesis perekat tanin resorsinol formaldehida dariekstrak kulit pohon mangium untuk peningkatan kualitas batangsawit. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 36(1), 33–46.
Saad, H., Khoukh, A., Ayed, N., Charrier, B., & Bouhtoury, F. C. El. (2014). Characterization of Tunisian Aleppo pine tannins for a potential use in wood adhesive formulation. Industrial Crops and Products, 61, 517–525.
Santoso, A., & Edriana, E. (2004). Pemanfaatan tanin dari kulit kayu tusam (Pinus merkusii) untuk campuran perekat kayu lapis.Jurnal Nusa Kimia,4(1), 39–47.
Santoso, A., & Malik, J. (2005). Pengaruh jenis perekat dan kombinasi jenis kayu terhadap keteguhanrekat kayu lamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 23(5), 375–384.
Suhendry, S., Rosamah, E., & Sukaton, E.(2018). Karakteristik ekstrak dari kulit kayu bakau dengan pelarut yang berbeda. ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 1(2), 163–173.
Supratman, U. (2010). Elusidasi struktur senyawa organik. Widya Padjajaran.
Suseno, N., & Adiarto, T. (2014). Ekstraksi tanin dari kulit kayu pinus sebagai bahan perekat briket. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. http://repository.ubaya.ac.id.
Tan, L. (1992). Ekstraksi dan identifikasi tanin kulit kayu beberapa jenis pohon serta penggunaannya sebagai perekat kayu lapis eksterior [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor (Tidak diterbitkan)
Tondi, G., Thevenon, M. F., Mies, B., Standfest, G., Petutschnigg, A., & Wieland, S. (2013). Impregnation of Scots pine and beech with tannin solutions: Effect of viscosity and wood anatomy in wood infiltration. Wood Science and Technology, 47(3), 615–626.
Wiyono, B. (1988). Pengaruh tanin-formaldehida terhadap sifat fisik dan ketahanan tarik papan serat yang dibuat dengan proses basah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 5(5), 275–278.