BELAJAR REFLEKTIF KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI DESA BERBASIS PRINSIP KEPEMERINTAHAN MELALUI TRANSPARANSI

Authors

  • Muhammad Taufiq Universitas Mbojo Bima
  • Dwi Arini Nursansiwi Universitas Mbojo Bima
  • Rahmad Hidayat Universitas Mbojo Bima

DOI:

https://doi.org/10.20956/pa.v8i1.26137

Keywords:

Disclosure, information, participation, transparency, village

Abstract

To realize a democratic, participatory, and open government, public organizations must fulfill society's rights to information disclosure by providing data and ensuring easy accessibility for external parties to monitor their performance and actively participate in managing development through meaningful mechanisms. This community service program aimed to enhance the conceptual-contextual understanding of the target audience, including the Village Government, Village Consultative Council, and residents, regarding the meaning, scope, and significance of public information disclosure under the Law on Public Information Disclosure and the Village Law. During the program planning stage, the implementer team coordinated with stakeholders in the village to discuss facilitation designs. At the implementation stage, we facilitated reflective learning by combining direct instruction with inquiry-based and participatory learning. This reflective learning facilitation has effectively enhanced the knowledge and understanding of most target audiences about village-level public information disclosure, including its meaning, scope, and significance. This program also effectively enhances collective awareness and fosters commitment among all partners to promote public information disclosure in the village. That serves as a foundation for transparency and accountability in the village government's fulfillment of its constitutional duties, which require active resident participation in overseeing village development management.  ---  Untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis, partisipatif, dan terbuka, organisasi publik harus memenuhi hak masyarakat atas keterbukaan informasi dengan menyediakan data dan memastikan akses mudah bagi pihak eksternal untuk memantau kinerja lembaga pemerintah dan turut berpartisipasi aktif dalam mengelola pembangunan melalui mekanisme yang bermakna. Keterbukaan informasi merupakan hak masyarakat yang harus dipenuhi guna perwujudan pemerintahan demokratis, partisipatif, dan terbuka. Ketersediaan data serta aksesibilitas mudah harus disediakan organisasi publik yang memungkinkan pihak eksternal dapat mengawasi kinerja lembaga pemerintah sekaligus melibatkan diri secara aktif dalam pengelolaan pembangunan melalui mekanisme yang bermakna. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini berorientasi meningkatkan pemahaman konseptual-kontekstual khalayak sasaran yang berasal dari unsur Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta warga tentang makna, cakupan, dan signifikasi keterbukaan informasi publik sesuai amanat Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UUKIP) dan Undang-Undang Desa (UUDesa). Selama tahapan perencanaan program, kegiatan inti yang dilakukan adalah koordinasi tim pelaksana dengan para pihak terkait di desa lokasi program untuk mendiskusikan desain fasilitasi. Sementara pada tahapan pelaksanaan, pendekatan pedagogis yang digunakan dalam fasilitasi belajar reflektif adalah kombinasi instruksi langsung (ceramah, diskusi, serta brainstorming) dengan pembelajaran berbasis inkuiri dan partisipatif. Fasilitasi belajar reflektif ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan atau pemahaman mayoritas khalayak sasaran tentang makna, cakupan, dan signifikasi keterbukaan informasi publik level desa sesuai kehendak UUKIP dan UUDesa. Program ini juga mampu menjadi medium efektif yang telah didayagunakan bersama-sama untuk pengasahan kesadaran kolektif serta perajutan komitmen seluruh mitra dalam rangka menciptakan keterbukaan informasi publik di desa. Hal itu berfungsi sebagai fondasi transparansi dan akuntabilitas Pemerintahan Desa dalam pelaksanaan tugas konstitusionalnya yang harus beriringan dengan partisipasi aktif warga dalam pengawasan pengelolaan pembangunan desa.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Annisya’, Prastiwi, L. F., & Dwiputri, I. N. (2023). Strategi pengembangan desa wisata dalam upaya meningkatkan kemandirian desa. Jurnal Panrita Abdi, 7(2), 320–332. https://doi.org/10.20956/pa.v7i2.18413

Antlov, H., Wetterberg, A. & Dharmawan, L. (2016). Village governance, community life, and the 2014 village law in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 52(2), 161–183. https://doi.org/10.1080/00074918.2015.1129047

Baud, I., & Nainan, N. (2008). 'Negotiated spaces' for representation in Mumbai: Ward committees, advanced locality management and the politics of middle-class activism. Environment and Urbanization, 20(2), 483–499. https://doi.org/10.1177/0956247808096124

Bertot, J. C., Jaeger, P. T., & Grimes, J. (2010). Using it to create a culture of transparency: E-government and social media as openness and anti-corruption tools for societies. Government Information Quarterly, 27(3), 264–271. https://doi.org/10.1016/j.giq.2010.03.001

Cornwall, A., & Gaventa, J. (2001). From users and choosers to makers and shapers: Repositioning participation in social policy. IDS' Working Paper. Brighton: Institute of Development Studies.

Darch, C. & Underwood, P. (2010). Freedom of information in the developing world: Demand, compliance, and democratic behaviors. London: Chandos Publishing.

Dewi, U. (2012). Perencanaan Pembangunan desa: Pendekatan community learning and participatory process (clapp). Prosiding Workshop Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, 19 Oktober 2012, Desa Sumberagung, Jetis, Bantul, Yogyakarta. Hal. 1–8.

Ekawita, R., Yuliza, E., & Intara, Y. I. (2023). Pemanfaatan saluran irigasi sawah desa rindu hati Bengkulu Tengah melalui teknologi tepat guna mikrohidro. Jurnal Panrita Abdi, 7(2), 356–362. https://doi.org/10.20956/pa.v7i2.18454

Garcıa-Tabuyo, M., Saez-Martın, A., & Caba-Pe´rez, M. D. C. (2016). Mandatory versus voluntary disclosures: Drivers of proactive information provision by local governments in Central America. Information Development, 32(4), 1199–1215. https://doi.org/10.1177/0266666915595260

Joseph, S., & Castan, M. (2013). The international covenant on civil and political rights: Cases, materials, and commentary. Oxford: Oxford University Press.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia. (2008). Undang-undang no. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Lastiati, A., & Ramayanti R. (2023). Peningkatan literasi finansial dan bisnis untuk meningkatkan kinerja umkm desa wisata Bali. Jurnal Panrita Abdi, 7(2), 255–263. https://doi.org/10.20956/pa.v7i2.20977

Morsink, J. (1999). The universal declaration of human rights: Origins, drafting, and intent. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Nam, T. (2015). Challenges and concerns of open government: A case of government 3.0 in Korea. Social Science Computer Review, 33(5), 556–570. https://doi.org/10.1177/0894439314560848

Presiden Republik Indonesia (2014). Undang-undang republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014.

Tai, K. (2021). Open government research over a decade: A systematic review. Government Information Quarterly, 38, 1–15. https://doi.org/10.1016/j.giq.2021.101566

Wartika, I. M. B. L. P., Mahendra, A. A. P. P. M., Wirawan, I. P. A., Mahyuni, L. P., & Wirsa, I. N. (2023). Pemberdayaan umkm melalui pengenalan digital marketing khususnya media sosial sebagai sarana promosi di era pandemi. Jurnal Panrita Abdi, 7(2), 285–292. https://doi.org/10.20956/pa.v7i2.20019

Welchs, E. W. (2012). The Relationship between transparent and participative government: A study of local governments in the United States. International Review of Administrative Sciences, 78(1), 93–115. https://doi.org/10.1177/0020852312437982

Worthy, B. (2013). Freedom of Information and the MPs’ Expenses Scandal. In: J. Hudson (Ed.), At the public’s expense? The political consequences of the 2009 British MPs’ expenses scandal (pp. 31–45). London: LB Tauris.

Downloads

Published

2024-02-02

How to Cite

Taufiq, M., Nursansiwi, D. A., & Hidayat, R. (2024). BELAJAR REFLEKTIF KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI DESA BERBASIS PRINSIP KEPEMERINTAHAN MELALUI TRANSPARANSI. Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 8(1), 193-204. https://doi.org/10.20956/pa.v8i1.26137