Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Berbasis Limbah Untuk Produksi Kepiting Bakau Cangkang Lunak
DOI:
https://doi.org/10.35911/torani.v24i1.118Abstract
Feed eficiency is largely determined by its availability in suficient quantities and on timefeeding, s o it is necessary to study the frequency of feeding for the best production of soft shell crab. Four feeding frequency (1 time per day, 1 time per 2 days, 1 time per 3 days, and 1 time per 4 days) tested in this study. Feed with nutrient composition of 30.86% protein, 7.2% fat, nitrogen free extract (NFE) 48.89%, crude fiber 5.7% enriched with vitomolt 0.1041 5 mg/g of feed to the standard dose and 0.4166 mg vitomolt/g feed to high doses; or equal to 700 ng vitomolt/g crab. Test crabsof Scylla sp. reared in crabs box and placed in the pond. The results showed the frequency of feeding 1 time per 2 days resulted in the highest percentage of molting (66.67%) and the lowest percentage of moulting was found at 1 per 4 times a day of feeding (36.67%). Growth param eters such as weight and carapace width, and feed eficiency did not difer among all treatments. Thus, feeding in the soft shell crab for the maximum production can be done with a frequency of 1 time per 2 days .
References
Affandi, R., D. S. Sjafei, M. F. Rahardjo, Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Faku ltas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Aslamyah, S. 2000. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) yang diberi hormon metyltestosteron pada pakan dengan kadar protein berbeda. Jurnal Peternakan Universitas Hasanuddin 8 (2) : 56 - 69.
Aslamyah, S. 2006. Penggunaan Mikroflora Saluran Pencernaan sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng. (desertasi). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Aslamyah, S., Y. Fujaya. 2009. Formulasi Pakan Buatan Khusus Kepiting yang Berkualitas Murah dan ramah Lingkungan. Jurna Sains & Teknologi, Seri Imu -Ilmu Pertanian : 9 (2) 133 – 141.
Aslamyah, S., Y. Fujaya. 2010. Stimulasi Molting dan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla spp.) Melalui Aplikasi Pakan Buatan Berbahan Dasar Limbah Pangan yang Diperkaya dengan Ekstrak Bayam.Indonesian Journal of Marine Sciences (IJMS) : 15(3): 170-178.
Aslamyah, S., Y. Fujaya. 2011. Efektivitas Pakan Buatan yang Diperkaya Ekstrak Bayam dalam Menstimulasi Molting Pada Produksi Kepiting Bakau Cangkang Lunak. Jurnal Akuakultur Indonesia: 10(1): 8-15.
Aslamyah, S., Y. Fujaya. 2013. Laju Pengosongan Lambung, Komposisi Kimia Tubuh, Glikogen Hati dan Otot, Molting, dan Pertumbuhan Kepiting bakau pada Berbagai Persentase Pemberian Pakan dalam Budidaya Kepiting Cangkang Lunak. Dipersentasekan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan X ISOI. Jakarta, 11-12 November 2013
Buwono, I. B. 2000. Kebutuhan asam amino esensial dalam ramsum ikan. Kanisius. Jakarta.
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (1) April 2014: 45 -53 ISSN: 0853-4489
Cahyono, I, Idris dan Wemsul. 2006. Diseminasi Beberapa Model Budidaya Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Terintegrasi Dengan Rumput Laut (Gracillaria sp.) Di Tambak. Dalam Ekspose Hasil Kajian Teknologi BBAP Takalar 18 Desember 2006 di Arya Duta Imperial Hotel. Makassar.
Fujaya, Y. 2008. Kepiting Komersil Di Dunia (Biologi, Pemanfaatan, dan Pengelolaannya). Citra Emulsi.
Makassar.
Fujaya, Y, S. Aslamyah, Mufidah, L.F. Mallombasang. 2009. Peningkatan produksi dan efisiensi proses produksi kepiting cangkang lunak (Soft shell crab) melalui aplikasi teknologi industri molting yang ramah lingkungan. Laporan Penelitian RAPID, DIKTI.
Gwither, D., D.J. Grove. 1981. Gastric Emptying in Limanda limanda L. and Return of Appetite. J. Fish Biol.
(3) : 245-259.
Gomez, A.K, A. A. Gomez. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Halver J.E., R.W. Hardy. 2002. Fish nutrition. 3rd Ed. Academic press, USA.822 p.
Hoang T., M. B-archiesis, S.Y. Lee, C.P. Keenan, G.E. Marsden. 2003. Influences of Light Intensity Photoperiod on Moulting and Growth of Penaeus merguiensis Cultured Under Laboratory Conditions.Aquaculture 216: 343-354.
Karim, M. Y. 2005. Kinerja Pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata Forskal) Pada Berbagai Salinitas Media Dan Evaluasinya Pada Salinitas Optimum Dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Kuntinyo, Z. A., T. Supratomo. 1994. Pedoman Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal) di Tambak.
Direktorat Jendral Perikanan, Balai Budidaya Air Payau, Jepara.
Kumlu M., M Kir. 2005. Food comsumption, Molting and Survival of Penaeus semiculatus during over - wintering. Aqua Res 36: 137-143.
Ramelan H.S. 1994. Pembenihan Kepiting Bakau (Scylla serrata). Direktorat Bina Perbenihan.Direktor at
Jenderal Perikanan. Jakarta
Stryer, L. 2000. Biokimia. Tim penerjemah bagian biokimia FKUI, penterjemah; Soebianto SZ, Setiadi E., Editor.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Biochemistry.
Sumeru, S.U., S. Anna. 1992. Pakan Udang Windu (Penaeus monodon). Kanisius, Yogyakarta.
Takeuchi, T. 1988. Laboratory Work, Chemical Evaluation of Dietary Nutrients. Dalam: Watanabe T, Editor.Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: Departement of Aquatic Biosciences, University of Fisheries. Hlm 179-288.
Wendelaar, B.S.E. 1997. The Stress Response in Fish. Physiol Rev. 77: 591-625.
Wirahadikusuma, M. 1985. Biokimia: metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. Bandung. Penerbit ITB.