Abstract
The research used qualitative methods with a descriptive type to describe a case study that happened in Sailong Village. Data sampling used a purposive sampling technique, while data collection included in-depth interviews, direct observation, and documentation.
Based on the results of this study, labeling the status of young widows that occurs is not necessarily interpreted as having a negative (bad) connotation. A bad “label” does not indicate that the woman cannot prove that the label is wrong and is only a stereotype, stigma, and prejudice that does not apply to every individual. Therefore, the way to overcome it is by maintaining attitudes and behavior to always be good in the broader community. Furthermore, sometimes the community defines the status of widows in general based on what they saw or encountered based on experience. When seeing or meeting a widow who is not good, the definition becomes bad.
ABSTRAK
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif untuk menggambarkan studi kasus yang terjadi di Desa Sailong tersebut. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini, pelabelan yang terjadi terhadap status janda muda, sebenarnya belum tentu diartikan sebagai perempuan berkonotasi negatif (buruk). Berkaitan mengenai “Label” yang buruk bukan berarti perempuan tersebut tidak mampu membuktikan bahwa label tersebut adalah salah dan hanya sebuah stereotype, stigma dan Prejudice yang tidak berlaku untuk semua orang. Sehingga untuk mengatasinya dengan menjaga sikap dan perilaku untuk senantiasa bersikap baik di masyarakat luas sedangkan masyarakat kadang dalam mendefinisikan status janda secara umum seperti yang pernah mereka lihat atau temui berdasarkan pengalaman. Ketika melihat atau menemui seorang janda yang bersikap tidak baik, maka pendefisiniannya buruk.