##issue.tableOfContents##
Articles
Abstract 245
Page 88-97
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK DALAM KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID-19
Anggi Yus Susilowati, Andi Susanto
The purpose of this research is to study the appropriate conflict resolution strategies in resolving family conflicts
during the pandemic. The research method used in this research is library research method. The results of the study
show that conflicts within the family during the pandemic, when viewed from the conflicting parties, include conflict
between husband and wife, conflict between parents and children, and conflict between siblings. The cause of the family
conflict is due to two factors, namely originating from personality problems and other family problems such as family
finances or economics, household chores, childcare problems, and interaction problems within the family. Family conflict
resolution strategies can be carried out in two methods, namely self-resolving conflict resolution using several
approaches that can be used such as collaboration or compromise approaches, defeating opponents or competitions,
and avoiding. Conflict resolution methods in resolving family conflicts can also be done with third party interventions to help
resolve conflicts that occur.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengkaji strategi penyelesaian konflik yang tepat dalam menyelesaikan konflik
keluarga dimasa pandemi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa konflik di dalam keluarga pada masa pandemi jika dilihat dari pihak yang
berkonflik meliputi konflik pasangan suami istri, konflik antara orang tua dan anak, serta konflik antarsaudara. Penyebab
terjadinya Konflik keluarga tersebut dikarenakan atas dua faktor yakni bersumber dari masalah kepribadian dan
bersumber dari masalah keluarga lainnya seperti keuangan atau ekonomi keluarga, masalah pekerjaan rumah tangga, masalah pengasuhan anak, serta masalah interaksi di dalam keluarga. Strategi penyelesaian konflik keluarga dapat dilakukan dengan
dua metode yakni resolusi konflik penyelesaian sendiri dengan menggunakan beberapa pendekatan yang dapat digunakan seperti pendekatan kolaborasi atau kompromi, mengalahkan lawan atau kompetisi, serta menghindar. Metode resolusi konflik dalam penyelesaian konflik keluarga juga dapat dilakukan dengan intervensi pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan konflik yang terjadi
Abstract 26
Page 98-119
STUDI FENOMENOLOGI PADA PERILAKU SEKSUAL MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR
Dwia Aries Tina Pulubuhu, Mansyur Radjab, Nufida RAF, Arsyad Genda, Suryanto Arifin, Meigi...
The purpose of the study was to reveal the phenomenon of students' sexual experiences, to analyze the process of relationships in sexual behavior and to identify and analyze the forms of sexual activity / behavior of students in the city of Makassar. This study uses a qualitative approach, with a phenomenological strategy / design. The subjects of this study were 5 (five) informants who were students or had just finished their education and were still in sexual activity / behavior. The results of this study show 3 findings namely; (1). All informants considered that they did not violate social norms. Because their sexual activity always refers to the standard "social norms" that they make themselves based on the principle of exchange and their definition; (2) the process of sexual behavior in social exchange includes internal and external factors of each individual which also influences the sexual behavior of the informants. These internal factors include; biological needs, relieving stress or feeling depressed and is also considered a form of seriousness towards a partner; and (3) external factors originating from outside the individual person include; a free and weak social control from parents or family, lack of sexual knowledge, and economic motives or meeting economic needs. Forms of social exchange in sexual behavior among students include cost (sacrifice) and reward (rewards or rewards) as a factor in the continuity of a relationship and their sexual activity. On the one hand, sexual activity is said to be successful and enduring if interpreted equally about satisfaction between the two parties and sexual exchange is defined equally, and on the other hand, social relations or sexual activity will end if what happens is the opposite. The informants revealed their reasons for engaging in sexual activity because they wanted to get attention, love, want to get money, and even to make the script easier.
ABSTRAK
Tujuan penelitian, mengungkapkan fenomena pengalaman seksual mahasiswa, menganalisis proses hubungan dalam perilaku seksual dan untuk mengidentifikasi serta menganalisis bentuk aktivitas/perilaku seksual mahasiswa di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan strategi/desain fenomenologi. Subjek penelitian ini ada 5 (lima) orang informan yang berstatus sebagai mahasiwa atau yang baru saja menyelesaikan pendidikannya dan masih aktivitas / perilaku seksual. Hasil penelitian ini menujukkan 3 temuan yaitu; (1). Semua informan menganggap bahwa mereka tidak melakukan pelanggaran terhadap norma sosial. Karena aktivitas seksual yang mereka lakukan selalu mengacu pada standar “norma sosial” yang mereka buat sendiri berdasarkan prinsip pertukaran dan pendefinisian mereka; (2) proses perilaku seksual dalam pertukaran sosial mencakup faktor internal dan eksternal dari setiap individu yang juga berpengaruh dalam perilaku seksual para informan. Faktor internal tersebut meliputi; kebutuhan biologis, menghilangkan rasa stres atau perasaan tertekan dan juga dianggap sebagai bentuk keseriusan terhadap pasangan; dan ( 3) faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu tersebut meliputi; lingkungan sosial yang bebas dan lemahnya kontrol dari orang tua atau pun keluarga, kurangnya pengetahuan seksual, dan motif ekonomi atau pemenuhan kebutuhan ekonomi. Bentuk pertukaran sosial dalam perilaku seksual dikalangan mahasiswa mencakup cost (pengorbanan) dan reward (imbalan atau penghargaan) sebagai faktor keberlangsungan sebuah hubungan dan aktivitas seks mereka. Di satu sisi, aktivitas seksual dikatakan berhasil dan bertahan apabila ditafsirkan secara sama tentang kepuasan diantara kedua belah pihak dan pertukaran seksual didefinisikan secara berimbang, dan disisi lain, hubungan sosial atau aktivitas seksual akan berakhir jika yang terjadi adalah sebaliknya. Para informan mengungkapkan alasan mereka melakukan aktivitas seks karena ingin mendapatkan perhatian, kasih sayang, ingin mendapatkan uang, dan bahkan untuk mempermudah pengerjaan skripsinya.
Abstract 27
Page 120-129
KONSTRUKSI SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KASUS PROGRAM ICD RUMAH ZAKAT DI DESA MEKARWANGI KABUPATEN BANDUNG BARAT)
Arini Enar Lestari AR, Munandar Sulaiman, Muhammad Fedryansyah, Muhammad Fedryansyah
Social construction is one of the approach in community development. This research aimed to find out the process and results of the social construction of community development through the Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat program in Mekarwangi Village, West Bandung Regency. Mekarwangi Village was one of the target of the ICD program which was considered quite successful in the program implementation by the Rumah Zakat. The social construction of community development in Mekarwangi Village goes through stages of externalization, objectification, and internalization. This stage of social construction was obtained through the results of the dialectical process. This research used qualitative method with a case study approach. Primary data were obtained from informants through observation and in-depth interviews. Secondary data were obtained through relevant literature. These method and approach were used to describe, analyze data and field information that was appropriate with the actual conditions factually and thoroughly about the social construction process of community development through the Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat program in Mekarwangi Village, West Bandung Regency. This was appropriate with the society social construction process proposed by Berger and Luckman (1990). The results of the research shows that dialectics of social construction occurs simultaneously from externalization, objectification until internalization. The externalization process was carried out by preparing a facilitator (RI), making social mapping, formulating an action plan, and reaching the socialization stage. The objectification process was carried out after the community was familiar with the ICD RZ program and starts implementing it. The internalization process was the re-absorption of the program into each community to raise awareness for the importance of the program existence for individuals.
ABSTRAK
Konstruksi sosial adalah salah satu pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan hasil konstruksi sosial pemberdayaan masyarakat melalui program Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat di Desa Mekarwangi Kabupaten Bandung Barat. Desa Mekarwangi adalah salah satu desa binaan program ICD yang dinilai cukup berhasil dalam pelaksanaan program oleh Rumah Zakat. Konstruksi sosial pemberdayaan masyarakat di Desa Mekarwangi berjalan melalui tahapan eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Tahapan konstruksi sosial ini diperoleh melalui hasil proses dialektika. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data primer diperoleh dari informan melalui observasi dan wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui literatur yang relevan. Metode dan pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan, menganalisis data dan informasi lapangan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya secara faktual dan teliti terhadap proses konstruksi sosial pemberdayaan masyarakat melalui program Integrated Community Development (ICD) Rumah Zakat di Desa Mekarwangi Kabupaten Bandung Barat. Hal ini sesuai dengan proses konstruksi sosial masyarakat yang dikemukakan oleh Berger dan Luckman (1990). Hasil penelitian menemukan dialektika konstruksi sosial terjadi secara simultan mulai dari ekternalisasi, objektivikasi sampai internalisasi. Proses eksternalisasi dilakukan dengan mempersiapkan fasilitator (RI), pembuatan social mapping, perumusan action plan, sampai pada tahap sosialisasi. Proses objektifikasi dilakukan setelah masyarakat mengenal program ICD RZ dan mulai melaksanakannya. Proses internalisasi adalah penyerapan kembali program ke dalam diri masing-masing individu masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran terhadap pentinganya keberadaan program bagi diri individu.
Abstract 15
Page 130-144
ANALISIS TINDAKAN SOSIAL DALAM TRADISI KULIWA PADA MASYARAKAT NELAYAN MANDAR DI PAMBUSUANG KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
Rahmatullah Rahmatullah, Mahmud Tang, Rahmat Muhammad
This study aims to describe the implementation of kuliwa and describe social actions in the Kuliwa tradition of the Mandar fishing community in the village of Pambusuang. The approach used is qualitative.
The results showed that Mandar people usually perform kuliwa rituals to inaugurate the use of new boats and to inaugurate new fishing machines or equipment as well as for the first time to go to sea. The implementation of kuliwa rituals, is a series of activities held on the boat and at the courtier house . Of the four further classification of Weber's actions, only three will be used by the author to analyze the phenomenon of the Kuliwa tradition in the Mandar fishing community in the village of Pambusuang, namely: the rationality of the value of affective actions, and traditional actions, to understand the motives and goals of the perpetrators of the kuliwa tradition up to currently still maintaining and preserving it. The act of rationality based on the findings of existing data, Mandar people in the village of Pambusuang who have done kuliwa said that implementing kuliwa also means not only as a tradition but also a condition for values, such as social values, religion and others. Affective actions based on the findings of existing data One of the emotional actions seen in the kuliwa tradition is where neighbors come to help prepare the event for the kuliwa tradition. At the time the event will start at home, the courtier calls neighbors around to come to eat at the retainer's house. Traditional actions based on the findings of existing data Pambusuang community who decided to carry out the kuliwa because in the family of the community there is a habit to carry out the kuliwa and the habit already exists from the previous offspring which then passed on to the next offspring.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kuliwa dan mendeskripsikan tindakan sosial dalam tradisi Kuliwa pada masyarakat nelayan Mandar di Desa Pambusuang. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Mandar biasanya melakukan ritual kuliwa untuk meresmikan penggunaan perahu baru dan untuk memresmikan mesin atau alat-alat tangkap baru serta untuk pertama kalinya untuk melaut. Pelaksanaan ritual kuliwa, merupakan serangakaian kegiatan yang diadakan di perahu dan di rumah punggawa. Dari keempat klasifikasi tindakan Weber selanjutnya hanya tiga yang akan penulis gunakan untuk menganalisis fenomena pada tradisi kuliwa pada masyarakat nelayan Mandar di Desa Pambusuang yaitu: tindakan rasionalitas, nilai tindakan afektif, dan tindakan tradisional, untuk memahami motif dan tujuan dari para pelaku tradisi kuliwa yang sampai dengan saat ini masih tetap menjaga dan melestarikannya. Tindakan rasionalitas nilai berdasarkan temuan data yang ada, masyarakat Mandar di Desa Pambusuang yang telah melakukan kuliwa mengatakan bahwa melaksanakan kuliwa juga memaknainya tidak hanya sebagai suatu tradisi tetapi juga syarat akan nilai, seperti nilai sosial, agama dan lain lain. Tindakan afektif berdasarkan temuan data yang ada salah satu tindakan emosianal yang terlihat pada tradisi kuliwa yaitu dimana para tetangga datang membantu untuk mempersiapakan acara tradisi kuliwa tersebut. Pada saat akan mulai acara dirumah, punggawa memanggil tetangga sekitar untuk ikut makan dirumah punggawa. Tindakan tradisonal berdasarkan temuan data yang ada masyarakat Pambusuang yang memutuskan untuk melaksanakan kuliwa karena di dalam keluarga masyarakat tersebut ada kebiasaan untuk melaksanakan kuliwa dan kebiasaan tersebut sudah ada dari keturunan sebelumnya yang kemudian diteruskan pada keturunan berikutnya.
Abstract 21
Page 145-156
PELABELAN MASYARAKAT PERDESAAN TERHADAP JANDA MUDA DI DESA SAILONG KECAMATAN DUA BOCCOE KABUPATEN BONE
Yusran Suhan, Sakaria Sakaria, Arsyad Genda, Andi Haris, Andi Rusdayani Amin, Andi Rusdayani Amin
The research used qualitative methods with a descriptive type to describe a case study that happened in Sailong Village. Data sampling used a purposive sampling technique, while data collection included in-depth interviews, direct observation, and documentation.
Based on the results of this study, labeling the status of young widows that occurs is not necessarily interpreted as having a negative (bad) connotation. A bad “label” does not indicate that the woman cannot prove that the label is wrong and is only a stereotype, stigma, and prejudice that does not apply to every individual. Therefore, the way to overcome it is by maintaining attitudes and behavior to always be good in the broader community. Furthermore, sometimes the community defines the status of widows in general based on what they saw or encountered based on experience. When seeing or meeting a widow who is not good, the definition becomes bad.
ABSTRAK
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif untuk menggambarkan studi kasus yang terjadi di Desa Sailong tersebut. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini, pelabelan yang terjadi terhadap status janda muda, sebenarnya belum tentu diartikan sebagai perempuan berkonotasi negatif (buruk). Berkaitan mengenai “Label” yang buruk bukan berarti perempuan tersebut tidak mampu membuktikan bahwa label tersebut adalah salah dan hanya sebuah stereotype, stigma dan Prejudice yang tidak berlaku untuk semua orang. Sehingga untuk mengatasinya dengan menjaga sikap dan perilaku untuk senantiasa bersikap baik di masyarakat luas sedangkan masyarakat kadang dalam mendefinisikan status janda secara umum seperti yang pernah mereka lihat atau temui berdasarkan pengalaman. Ketika melihat atau menemui seorang janda yang bersikap tidak baik, maka pendefisiniannya buruk.
Hasanuddin Jurnal Sosiologi diterbitkan untuk mengembangkan dan memperkaya diskusi ilmiah bagi para akademisi, peneliti, atau Sosiolog yang mendukung minat pada isu-isu sosial di Indonesia. Artikel yang membahas di jurnal ini membahas berbagai topik, termasuk:
- Pemberdayaan Masyarakat
- Konflik Sosial
- Community Disaster
- Gender dan Keluarga
- Politik dan Demokrasi
- Kesejahteraan Sosial
- Masyarakat dan Media Baru
- Kependudukan dan Lingkungan
- Pedesaan dan Masyarakat Maritim
- Perkotaan dan Industri
- Ekonomi dan Pembangunan
