PEMANFAATAN LIMBAH HASIL PENEBANGAN POHON KARET MENJADI CUKA KAYU

Authors

  • Husnah Latifah
  • Muhammad Daud
  • Hasanuddin Molo
  • . Sultan

DOI:

https://doi.org/10.20956/jdp.v6i2.13502

Keywords:

Limbah, Cuka karet, Petani Hutan

Abstract

tujui tanggal 25 Mei 2021

 

ABSTRAK

Salah satu hutan tanaman yang dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah di perkebunan karet PT. LONSUM di Kabupaten Bulukumba seluas 5.782 ha. Perusahaan perkebunan karet ini, selain menjadi produsen getah kayu juga memasok kayu bahan baku industri perkayuan sebagai kayu pertukangan (construction wood) dan kayu pulp (pulpwood). Tingginya limbah penebangan kayu karet yang terbuang percuma merupakan kendala dalam peningkatan produktivitas lahan. Pengembangan teknologi biopestisida merupakan solusi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan masyarakat. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat petani hutan juga meningkatkan pengetahuan dan keahlian masyarakat dalam pengendalian hama dan penyakit kayu karet melalui pengembangan biopestisida (cuka kayu) dari limbah-limbah perkebunan karet. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya alih teknologi sederhana pada masyarakat dalam pembuatan cuka kayu (biopestisida) dan timbulnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah kayu.

Kata kunci: Limbah, cuka karet, petani hutan.

ABSTRACT

One of the plantations developed in South Sulawesi is the rubber plantation of PT LONSUM in Bulukumba Regency, covering an area of 5,782 ha. This rubber plantation company, apart from being a wood sap producer, also supplies woods as raw material for the timber industry as cost-construction wood and pulpwood. The high waste of rubber logging that is wasted is an obstacle to increasing land productivity. The development of biopesticide technology is a solution that can be developed to overcome community problems. This community service aimed to empowering forest farming communities, also to increase community knowledge and expertise in controlling pests and diseases of rubber wood through the development of biopesticides (wood vinegar) from rubber plantation wastes. The results of this activity indicate the existence of simple technology transfer to the community in making wood vinegar (biopesticide) and the emergence of public understanding and awareness of the importance of wood waste management.

Keywords: Waste, rubber vinegar, forest farmers.

References

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2010. Roadmap Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta

Gusmailina. 2007. Pembuatan Arang dan Arang Kompos dari Limbah PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar). Makalah materi pada Gelar Teknologi Penyiapan Lahan Tanpa Bakar, 29 November 2007 di Kemampo, Banyuasin, Sumatera Selatan.

Kartasujana dan Martawijaya. 1973. Sifat dan Kegunaan Kayu Perdagangan Indonesia. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor

Mandika, D., A. Sapta, dan R.K. Sari. 1989. Selintas Tentang Kayu Karet. hlm. 373−379.Prosiding Lokakarya Nasional HTI Karet, Medan, 28−30 Agustus 1989. Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih, Medan.

Nurhayati, T. 1995. Pembuatan Arang Kayu Karet (Hevea brasiliensis) Pada Tungku Kubah Model S-93. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 13 (1) : 37-44

Nurhayati T. 1999. Pemanfaatan Destilat dari Hasil Sampingan Karbonisasi Kayu untuk Pengendalian Hama yang Akrab Lingkungan. Laporan Proyek Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor

Nurhayati, T. R.A. Pasaribu, D. Mulyadi. 2006. Produksi Pemanfaatan Arang dan Cuka Kayu dari Serbuk Gergaji Kayu Campuran. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006. Bogor.

Nurhayati, T. 2000. Sifat Destilat Hasil Destilasi Kering 4 Jenis Kayu dan Kemungkinan Pemanfaatannya Sebagai Pestisida. Buletin Penelitian Hasil Hutan 17(3) :160-168. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor

Downloads

Published

2021-08-22