Dari Khong Kauw Hwee Ke MAKIN Boen Bio: Perjuangan Etnis Tionghoa di Surabaya Mempertahankan Eksistensi Agama Khonghucu Awal Abad XX sampai Awal Abad XXI

Authors

  • Shinta Devi Ika Santhi Rahayu Universitas Airlangga

DOI:

https://doi.org/10.62924/jsi.v7i2.33051

Keywords:

Confucian religion; ethnic Chinese; Surabaya

Abstract

This study seeks to find answers to how Khong Kauw Hwee, who later changed his name to MAKIN Boen Bio, fought for the existence of the Confucian Religion. This study uses historical research methods. Source searches were carried out at the Boen Bio Library, the Medayu Agung Library in Surabaya, and the National Library of the Republic of Indonesia. Actualizing religious values through social and cultural activities is a strategic step to achieve support. An open attitude, prioritizing universal values and seriousness in supporting the achievement of integration is carried out not only for the benefit of Confucian religious communities but also to protect the position of ethnic Chinese in a pluralistic society. So in every social and cultural activity, Confucian religious communities under the MAKIN Boen Bio institution do not leave behind other elements of society, including non-Confucian and non-Chinese institutions.

References

Akta Pernyataan Keputusan Rapat 10 Juni 1987.

Arsip DPD PTI Kodya Surabaya Tahun 1991.

Arsip Surat Kepala kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur Kepada Kepala Kantor Catatan Sipil Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya No: Wm. 01.2/BA.01.2/4683/95.

Barker, C. (2006). Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Beijerman, J. A. (1885). Iets Over de Chineezen in Nederlandsch Indie. In Mededelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschaap, Jilid. 29.

Bio, M. B. (n.d.). Pencatatan Perkawinan Secara Agama Khonghucu: Sebuah Pergulatan Mencari Jati Diri. Surabaya: Makin Boen Bio.

Bok Tok Gwat Khan. No: 69 Th. Ke-6, Oktober 1939.

Bok Tok Gwat Khan. No: 80 Th. Ke-7, September 1940: 6.

Bustan, L., Husein, F., Widjaja, P. S. (2020). Being Chinese Christian in The Totok Chinese Churches in Surabaya: Continuity and Change of Identities. Al Albab, 9(2), 141-158. https://doi.org/10.24260/alalbab.v9i2.1828.

Ching-Hwang, Y. (1976). The Confucian Revival Movement in Singapore and Malaya, 1899–1911. Journal of Southeast Asian Studies, 7(1), 33-57. https://doi.org/10.1017/S0022463400010250.

Djiep Tek Tjie Boen, edisi ke-34, 1926.

Douglas, R. K. (1901). Society in China. London: Ward Lock & Co Limited.

Drake, Christine. National Integration in Indonesia: Patterns and Policies. Honolulu: University of Hawai Press. 1989.

Duta Masyarakat. 29 Nopember 2002.

Hoay, K. T. (1934). Pioneers dalam Gerakan Khong Kauw Hwee Soerabaja. In Moestika Dharma, 31.

Jahja, J. (1982). Dakwah dan Asimilasi: Masalah Tionghoa dan Ukhuwah Islamiyah. Jakarta: Yayasan Ukhuwah Islamiyah.

Jawa Pos. 22 Nopember 2002.

Johnston, R. F. (1934). Confucianism and Modern China (The Lewis Fry Memorial Lectures 1933-1934). London: Victor Gollancz.

Koloniaal Verslag over het Jaar 1892.

Onghokham. (2005). Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu.

Pembangun Kebedjikan. No: 61 Th. Ke-6, Pebruari, 1939.

Pewarta Soerabaia. 11 Oktober 1957.

Purnomo, O. S. N. (2023). Mahasiswa Unversitas Ciputra dan Mempraktekkan Tradisi Jawa, 1 Juni 2023.

Rahayu, S. D. I. S. (2012). Pergulatan Tionghoa Muslim di Surabaya Mencari Identitas Pada Masa Orde Baru 1967-1998 (Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan, Universitas Airlangga). Surabaya.

Rahayu, S. D. I. S. (2014). Etnis Tionghoa dalam Sejarah Pendidikan Masyarakat Kota Surabaya. Surabaya: Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

Salmon, C. (1991). The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19th Centuries). Archipel, 41(1), 53-87. https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1991_num_41_1_2711.

Salmon, Claudine. “Confucianist and Revolutionaries in Surabaya (c1880-c1906)” dalam Lindsey & Helen Pausacker. Chinese Indonesians: Remembering Distorting Forgetting. Singapore: ISEAS, 2005.

Schlegel, G. (1885). Chineesche Begrafenis en Huwelijksonderneming Gevestigd te Soerabaya. Leiden: E.J. Brill.

Sin Po, 22 November 1941.

Sin Po. 21 April 1923.

Soeara Publiek, 23 Maret 1927.

Soenda Berita. No. 16, Tahun 11, 19 Juni 1904.

Staatsblad van Nederlandsc Indië, No. 37, 1835.

Suparlan, P. (2000). Masyarakat Majemuk dan Perawatannya. In Prosiding Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia I, Makasar 2000.

Surya. 15 November 2002.

Surya. 16 November 2002.

Surya. 18 November 2002.

Surya. 26 Nopember 2002.

Surya. 29 Nopember 2002.

Suryadinata, Leo. (1988). Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia (Terjemahan Dede Oetomo). Jakarta: Gramedia.

Tjhan, S. G. (1981). Lima Jaman: Perwujudan Integrasi Wajar. Jakarta-Amsterdam: Teratai.

Tjiat, K. H. (1926). Critik Confucianisme. In Hoakiao, 25 Mei 1926.

Tjiat, K. H. (1926). Prihal Filosofie Khong Tjoe. In Hoakiao, 10 Januari 1926.

Wawancara dengan Anly Cenggana, pengurus MAKIN Boen Bio yang menghadapi masalah KTP, 5 Agustus 2002.

Wawancara dengan Budi Wijaya, pengurus MAKIN Boen Bio yang menghadapi masalah pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil, 15 April 2006.

Wawancara dengan Djaja Sudharma, Pemuka Agama Khonghucu, 6 Januari 2002.

Wawancara dengan Liem Tiong Yang, Pemuka Agama Khonghucu, 15 Oktober 2021.

Wawancara dengan Tan Biauw Khing, Pemuka Agama Khonghucu, 10 Februari 2007.

Wawancara dengan Tee Boen Liong, Dalang Wayang Kulit, 30 Oktober 2021.

Wijaya, B. (1997). Kendala dan Harapan Minoritas Konfusiani: Sebuah Renungan. In Perspektif Perkawinan Ditinjau dari Sudut Hukum, Sosial dan Agama Khonghucu. Surabaya: MAKIN Surabaya.

Downloads

Published

2024-11-30

How to Cite

Rahayu, S. D. I. S. (2024). Dari Khong Kauw Hwee Ke MAKIN Boen Bio: Perjuangan Etnis Tionghoa di Surabaya Mempertahankan Eksistensi Agama Khonghucu Awal Abad XX sampai Awal Abad XXI. Jurnal Sejarah Indonesia, 7(2), 205–225. https://doi.org/10.62924/jsi.v7i2.33051