PENERAPAN KANTONG JARING UKURAN MINI UNTUK PRODUKSI LOBSTER UKURAN SUPER DI DESA TAPULAGA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Authors

  • Yusnaini Halu Oleo University
  • Muhammad Ramli Halu Oleo University
  • Indriyani Nur Halu Oleo University
  • Muhammad Idris Halu Oleo University
  • Agus Kurnia Halu Oleo University
  • Irdam Riani Halu Oleo University

Keywords:

Lobster cultivation, mini size floating net cage

Abstract

Abstract. Lobster is a fishery resource of significant economic importance. The supply of lobster is still mainly derived from natural capture. In addition, to the seed problem, lobster is cannibal and growth is relatively slow in cultivation. The solution applied is a cultivation system using floating net bags (KJA) of small size (dimensions of length and width of 1 m and height of 1.5 m). The aims of this activity is to increase the knowledge and skills of the technical guidance participants, especially the lobster farming group. It also provides production facilities in the form of small zise of cage, juvenile lobster and feed for the production of super sized lobsters. The results of this activity were increased knowledge 69-100% and skills 44-100%  of lobster culture partners in the mini KJA system. As a result, the weight of the pearl lobster (Panulirus ornatus) had an average increase 38 g per month, while the mortality rate was < 10 %. Selective harvesting was carried out with juvenile measuring an average of 200 g/lobster which could reach a weight of >500 g after being cultivated for 6-10 months. The such size of the lobster is super. The advantage of cultivation is to increase the weight (biomass) and price categories. The juvenile prices were Rp 350,000/kg or Rp 80,000/lobster, after reaching the super size the price increased to Rp 900,000/kg or Rp 450,000/lobster. The cultivation system using mini size net bags can be an alternative to the developmen of lobster culture.

 

 

 

 

 

 

 

Abstrak. Lobster sebagai komoditas perikanan mempunyai nilai ekonomis penting. Pasokan lobster masih dominan berasal dari penangkapan di alam. Selain masalah benih, kendala lain budidaya adalah lobster bersifat kanibal dan pertumbuhan relatif lambat. Solusi yang diterapkan adalah sistem budidaya dengan mengunakan kantong jaring apung (KJA) berukuran mini/kecil (dimensi panjang dan lebar 1 m serta tinggi 1,5 m). Tujuan kegiatan  adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta bimbingan teknis, khususnya kepada kelompok yang membudidayakan lobster. Dilakukan juga menyediakan sarana produksi berupa KJA mini, juvenil lobster dan pakan untuk produksi lobster berukuran super. Hasil kegiatan ini telah meningkatkan pengetahuan  69-100% dan keterampilan 44-100% mitra tentang budidaya lobster sistem KJA mini. Bobot lobster mutiara (Panulirus ornatus) yang dipelihara mengalami peningkatan bobot rata-rata 38 g/ekor/bulan dan  tingkat  kematian  <20%.  Panen selektif dilakukan, juvenil lobster berukuran rata-rata 200 g/ekor dapat mencapai bobot >500 g dan berkategori ukuran super, setelah dipelihara 6-10 bulan. Budidaya pembesaran meningkatkan bobot (biomassa) lobster dan kategori harga. Lobster mutiara berukuran 200-300 g, harganya sekitar  Rp 350.000/kg (Rp 80.000/ekor) dan setelah mencapai ukuran super harganya sekitar Rp 900.000/kg. (Rp 450.000/ekor yang berukuran 500 g/ekor). Sistem budidaya menggunakan kantong jaring ukuran mini dapat menjadi alternatif pada pengembangan budidaya lobster.

References

Jones, J., M. Suastika, F. Sukadi & A. Surahman. (2008). Studi kelayakan: meningkatkan pembesaran dan nutrisi lobster di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian. ACIAR- SADI Australia. Camberra. 23 p.

Kudsiah, H., Rahim, S.W., Rifa’i, M.A., & Arwan. (2018). Demplot Pengembangan Budidaya Kepiting Cangkang Lunak di Desa Salemba, Kecamatan Ujung Loi, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Jurnal Panrita Abdi, 2(2), 151-164.

Lawao, A., A. Kurnia & Yusnaini. (2018). Pengaruh Kombinasi Tepung Keong Bakau (Telescopium telescopium), Tepung Kepala Udang dan Minyak Sawit Terhadap Pertumbuhan Lobster Mutiara (Panulirus ornatus). Media Akuatika, Vol.3, No.1, 534-543.

Mahmudin, Y., Yusnaini & M. Idris, 2016. Strategi Pemberian Pakan Buatan dan Pakan Segar terhadap Pertumbuhan Lobster Mutiara (Panulirus ornatus) Fase Juvenil. Media Akuatika, Vol.1, No.1, 37-43.

Moosa, M.K. dan I. Aswandy. 1984. Udang karang (Panulirus spp.) dari perairan Indonesia. LON – LIPI. Jakarta.

Murugan, T.S., M.C. Remany, T.M. Leema, J.D. Kumar, J. Santhanakumar, M. Vijayakumaran, R. Venkatesan & M. Ravindran. (2005). Growth, repetitive breeding, and aquaculture potential of the spiny lobster, Panulirus ornatus. Short communication. New. Zealand J. of Marine and Freshwater Research. Vol. 39: 311-316.

Taridala, S.A.A., Asriya & Yusnaini. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lobster. Prosiding Seminar Nasional. Kristalisasi Paradikma Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi dan Penddikan Tinggi. IPB. Bogor

Yusnaini (2010). Perkembangan Gonad, Embrio dan Larva Lobster Mutiara Panulirus ornatus. Disertasi. Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yusnaini, Ramli, M., Saenong, Z., Nur, I., & Indrayani (2020). Introduksi Indukan dan Alih Teknologi Pembenihan Lobster Air Tawar (Cerax quadicarinatus) pada Kelompok Masyarakat di Kecamatan Ladongi Kabupaten Konawe Timur. Jurnal Panrita Abdi, 4(3), 265-272.

Downloads

Published

2021-06-29