PENGARUH BAHAN PEREKAT TAPIOAKA DAN SAGU TERHADAP KUALITAS BRIKET ARANG KULIT BUAH NIPAH
DOI:
https://doi.org/10.24259/perennial.v16i1.9159Keywords:
Briket arang, pengaruh, nipah, kualitas, perekatAbstract
Pemanfaatan kulit buah nipah sebagai bahan baku pembuatan briket arang akan mengurangi kebutuhan energi dari bahan bakar fosil. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk membuat briket arang dari kulit buah nipah dengan berbagai bahan perekat sebagai bahan bakar alternatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas briket arang kulit buah nipah dengan pencampuran variasi konsentrasi berbagai jenis perekat serta mengetahui komposisi perekat yang optimal dalam pembuatan briket arang kulit buah nipah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yang terdiri dari enam perlakuan dan empat kali ulangan. Buah nipah terlebih dahulu dibelah dua, kemudian daging buah nipah dibuang lalu kulit buah nipah dijemur, kulit buah nipah yang telah kering lalu diarangkan. Selanjutnya arang dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 60 mesh sampai diperoleh arang halus. Serbuk arang kemudian dicampurkan dengan perekat sesuai konsentrasi sehingga didapatkan adonan briket. Adonan briket dicetak pada cetakan silinder dan ditekan dengan alat press hidrolic. Briket arang yang telah dibuat kemudian dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya beberapa parameter saja yang memenuhi kriteria SNI No. 01/6235/2000 diantaranya kadar air dan nilai kalor, sedangkan parameter yang tidak memenuhi kriteria SNI No. 01/6235/2000 diantaranya adalah kadar zat menguap, kadar abu dan kadar karbon terikat. Komposisi perekat yang optimal dalam pembuatan briket arang kulit buah nipah adalah perlakuan komposisi perekat sagu dengan konsentrasi perekat 20% dari berat campuran bahan baku. Dengan nilai kadar air 7,82%, kadar zat menguap 66,43%, kadar abu 35,44% kadar karbon terikat 17,50% dan nilai kalor 5637,05 Kal/g.References
Anonim. 2015. Indragiri Hilir dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Riau, Pekanbaru.
TIM BPDAS. (n.d.). Penyebaran luas dan jenis mangove/asosiasi mangove wilayah balai pengelolaan hutan mangove wilayah ii. Bpdasindragirirokan. Riau. 23, 2016, from http://bphmii.simrlps.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i50:penyebaran-luas danjenismangoveasosiasimangovewilayahbal aipe ngelolaan-hutan-mangovewilayah-ii- &catid=47:laporan&Itemid= JOM Faperta Vol.3 No. 1Februari 2016.
Faizal, M. 2014. Pengaruh Komposisi Arang dan Perekat terhadap Kualitas Biobriket dari Kayu Karet. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. 20 (2).
Faujiah, 2016. Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka terhadap Kualitas Briket Arang Kulit Buah Nipah (Nyfa fruticans wurmb). (Skripsi). Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Gandhi, B.A. 2009. Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Perekat terhadap Karakteristik Briket Arang Tabungkol Jagung. Profesional. 8(1).
Hendra, D dan Ina, W. 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sabetan Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 21(3).
Kristanto, P. (2013). Ekologi industri edisi kedua. Yogyakarta, Indonesia: ANDI Offsct.
Lestari, L., Aripin, Yanti, Zainudin, Sukmawati dan Marliani. 2010. Analisis Kualitas Briket Arang Tongkol Jagung yang Menggunakan Bahan Perekat Sagu dan Kanji. Jurnal Fisika. 6(2).
Lubis, A. S. 2015. Pengaruh Torefikasi dan Komposisi Bahan terhadap Kualitas Biopelet Bagas dan Kulit Kacang Tanah. (Tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisik dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang Limbah Gergaji Kayu. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mushlihah, S. 2011. Pengaruh Jenis Bahan Perekat dan Metode Pengeringan terhadap Kualitas Limbah Baglog Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian Hayati. 17(1).
Ndraha, N. 2009. Uji komposisi bahan pembuat briket arang tempurung kelapa dan serbuk kayu terhadap mutu yang dihasilkan. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Nurhayati, T. dan Adalina, Y. 2007. Analisis Teknis dan Finansial Produksi Arang dan Cuka Kayu dari Limbah Industri Penggergajian dan Pemanfaatannya. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 27(4).
Pane, J.P., Erwin, J dan Netti, H. 2015. Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka dan Penambahan Kapur dalam Pembuatan Briket Arang Berbahan Baku Pelepah Aren (Arenga pinnata). Jurnal Teknik Kimia USU. 4(2).
Putri, R. E dan Andasuryani. 2017. Pengembangan Alat Pencacah (chopper) Batang Jagung sebagai Bahan Baku Silase. Kendari: Prosiding Seminar Nasional FKPTTPI.
Rahmadani, Faizah, H dan Farida, H. H . 2017. Pembuatan Briket Arang Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan Perekat Pati Sagu (Metroxylon sago Rott.). JOM Faperta UR. 4(1).
Rustini. 2004. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Pinus (pinus merkusii) dengan Penambahan Tempurung Kelapa. (Skripsi). Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Smith, H dan Syarifuddin, I. 2017. Pengaruh Penggunaan Perekat Sagu dan Tapioka terhadap Karakteristik Briket dari Biomassa Limbah Penyulingan Minyak Kayu Putih di Maluku. Majalah BIAM. 13(2).
Sumangat, Djajeng dan Wisnu, B. 2009. Kajian Teknis dan Ekonomis Pengolahan Briket Bungkil Biji Jarak Pagar sebagai Bahan Bakar Tungku. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 5(1).
Trijati, M. 2018. Pengaruh Perbandingan Berat Tepung Sagu sebagai Perekat dan Berat Serbuk Gergaji pada Pembuatan Briket. (Skripsi). Surakartal: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis Eminii Engl) dan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera L). (Skripsi) Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Usman M, N. 2007. Mutu Biopelet Arang Kulit Buah Kakao dengan Menggunakan Kanji sebagai Perekat. Jurnal Perennial. 3(2).