EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSPAD GATOT SUBROTO

Article History

Submited : October 16, 2020
Published : April 30, 2021

Resistensi antibiotik merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuanterapi, meningkatnya efek samping obat, dan pemborosan dari segi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi penggunaan antibiotika pasien pneumonia komunitas di instalasi rawat inap RSPAD GatotSubroto. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan pengambilan data secara prospektif di instalasi rawatinap periode September – November 2019. Penggunaan antibiotika dievaluasi menggunakan metode Gyssensselanjutnya dilakukan analisis korelasi antar kerasionalan dengan outcome terapi menggunakan uji Spearman.Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien pneumonia komunitas berdasarkan kategori umur yangpaling banyak yaitu > 66 tahun dengan jumlah 23 pasien (53.49%), kategori jenis kelamin yang palingmendominasi laki – laki sebanyak 24 pasien (55.81%) dari jumlah total 43 pasien yang memenuhi kriteriainklusi. Berdasarkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode Gyssens diperoleh 28 pasienmenggunakan antibiotik dengan tepat (kategori 0) dan 15 pasien menggunakan antibiotik tidak tepat (kategoriI – VI). Antibiotika yang termasuk kategori IVA sebanyak 6 kasus (6.82%), kategori IVC sebanyak 2 kasus(2.27%), kategori IIIA sebanyak 5 kasus (5.68%), dan kategori IIIB sebanyak 9 kasus (10.23%). Analisis statistikmenunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan antibiotika yang rasional dalammempengaruhi outcome terapi (r=0.533)

References

  1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 72 Th. 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Peratur Menteri Kesehat No 72 Tahun 2016. 2016;4.
  2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Di Rumah Sakit. 2015.
  3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. 2406 Indonesia: XII; 2011 p. 1–63.
  4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan. 2003;6.
  5. Lestari ES, Juliette Astrid Severin. Antimicrobial Resistance in Indonesia Prevalence , determinants and genetic basis. Rotterdam; 2009. 1–359 p.
  6. Gould IM, Meer JWM van der. Antibiotic policies: Theory and practice. Kluwer Academic Publisher New. New York; 2005. 1–766 p.
  7. Rumende CM, Chen LK, Karuniawati A, Bratanata J, Falasiva R, Sitorus P, et al. Hubungan antara Ketepatan Pemberian Antibiotik Berdasarkan Alur Gyssens dengan Perbaikan Klinis Pasien pada Pneumonia Komunitas. J Penyakit Dalam Indones. 2019;6(2):71–7.
  8. Sari EF, Rumende CM, Harimurti K. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. J Penyakit Dalam Indones. 2018;3(4):183.
  9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komunitas: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan. Edisi II. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
  10. Prince SA. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. U B, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. Hal:105.
  11. Rivero-Calle I, Pardo-Seco J, Aldaz P, Vargas DA, Mascarós E, Redondo E. Incidence and risk factor prevalence of community-acquired pneumonia in adults in primary care in Spain ( NEUMO-ES-RISK project ). BMC Infect Dis [Internet]. 2016;16(645):1–8. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s12879-016-1974-4
  12. Metlay JP, Waterer GW, Long AC, Anzueto A, Brozek J, Crothers K, et al. Diagnosis and Treatment of Adults with Community-acquired Pneumonia. Am J Respir Crit Care Med. 2019;200(7):e45–67.
  13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. 2011.
  14. Oktovina MN. Analisa Kualitatif pada Penggunaan Antibiotik. Fatmawati Hosp J. 2016;1(4):1–5.
  15. Izadi M, Dadsetan B, Najafi Z, Jafari S, Mazaheri E, Dadras O, et al. Levofloxacin Versus Ceftriaxone and Azithromycin Combination in the Treatment of Community Acquired Pneumonia in Hospitalized Patients [Internet]. Vol. 13, Recent Patents on Anti-Infective Drug Discovery. 2018. p. 228–39. Available from: http://www.eurekaselect.com/node/166597/article
  16. Tieying S, Li S, Rongmei W, Xiaoping R, Dong-jiang S, Chun P, et al. Clinical efficacy and safety of moxifloxacin versus levofloxacin plus. Chin Med J (Engl). 2014;127(7):1201–5.
  17. Badan POM RI. IONI Pionas Seftriaxon [Internet]. [cited 2020 Jan 5]. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/seftriakson
  18. Badan POM RI. IONI Pionas Levofloksasin [Internet]. [cited 2020 Jan 5]. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/levofloksasin
  19. Royal Pharmaceutical Society. BNF 78. London: Pharmaceutical Press; 2019.
  20. IONI Pionas Amikasin [Internet]. [cited 2020 Jan 5]. Available from: http://pionas.pom.go.id/monografi/amikasin
Hardiana, I., Dian Ratih Laksmitawati, Hesty Utami Ramadaniati, & Sutarno. (2021). EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN PNEUMONIA KOMUNITAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSPAD GATOT SUBROTO. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 25(1), 1-6. https://doi.org/10.20956/mff.v25i1.11555

Downloads

Download data is not yet available.
Fulltext