PENGARUH PENGGUNAAN SEDIAAN FIXED DOSE COMBINATION (FDC) DIBANDINGKAN DENGAN TABLET LEPAS OBAT ANTI-TUBERKULOSIS TERHADAP PENINGKATAN NILAI SGPT DAN SGOT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT MAKASSAR

Authors

  • Munawarah Munawarah Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
  • M Natsir Djide Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
  • Arif Santoso Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
  • Elly Wahyudin Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
  • Sartini Sartini Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
  • Yulia Yusrini Djabir Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian terapi Fixed Dose Combinaton (FDC) dibandingkan dengan tablet lepas Obat Anti Tuberkulosis (OAT) terhadap resiko terjadinya Drug Induced Hepatotoxicity (DIH) yang ditandai dengan peningkatan nilai SGPT dan SGOT pada penderita Tuberkulosis. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional non eksperimen dengan rancangan deskriptif-analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling dengan cara consecutive sampling. Jumlah sampel 30 pasien, terdiri dari kelompok FDC dan kelompok tablet lepas jumlah masing-masing 17 dan 13 sampel. Dianalisis dengan uji statistik metode Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih nilai SGPT dan SGOT antara kelompok FDC dan kelompok tablet lepas menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05).

References

World Health Organization. 2017. The 4 drugs fixed-dose combination tablet recommended by WHO for treating tuberculosis. Geneva : World Health Organization : 2 – 10.

Bartacek A,Schutt D ,Panosch B, Borek M, et al. 2009. Comparison of a four-drug fixed – dose combination regimen with a single tablet regimen in smear-positive pulmonary tuberculosis. Int JTuberc Lung Dis; 13(6):760–6.PMID:19460254T

Blumberg HM, Burman WJ, Chaisson RE, Daley CL, Etkind SC, Friedman LN, et al. 2003. American Thoracic Society/Centers for Disease Control and Prevention/Infectious Diseases Society of America: Treatment of tuberculosis. Am J Respir Crit Care Med.; 167((4)):60362. http://dx.doi.org/10.1164/rccm.167.4.603

Made Agus Nurjana. 2015. Faktor Resiko Terjadinya Tuberkulosis Paru Usia Produktif (15-49 Tahun) Di Indonesia. Media Litbangkes, Vol. 25 No. 3. Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI. Donggala, Indonesia. 165 – 170.

Dipiro, T. J., Talbert, C. R., Gary, Y. E., dan Wells, B. G. 2013. Pharmacotherapy A Phatofisiologi Approach. Sixth Edition. New York: The Macgraw Hill Companies.Wardhani RA. Patogenesis, 2013. Diagnosis dan klasifikasi Tubercolosis. www.staff.ui.ac/ system/files/user/retno.asti/material/.)

Michael B. 2007. Rimstar®: Pharmacokinetics and Clinical Trial Results. Münchenwiler.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. 2nd Edition. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Downloads

Published

2019-05-09

Issue

Section

Articles