HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA POLISI YANG MENGALAMI GIZI LEBIH DI POLRESTA SIDENRENG RAPPANG
Abstract
Pendahuluan: Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang
ditandai peningkatan glukosa darah. Faktor diabetes melitus diantaranya adalah
keturunan/genetik, obesitas, perubahan gaya hidup, kurangnya aktivitas fisik, dan stress. Stres
menyebabkan produksi berlebih pada kortisol. Kortisol adalah suatu hormon yang melawan
efek insulin dan menyebabkan kadar gula darah tinggi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah pada polisi yang mengalami gizi
lebih di polresta Sidenreng Rappang. Bahan dan Metode: Jenis penelitian yang digunakan
adalah observasional analitik dan desain cross sectional. Untuk mendapatkan sampel gizi
lebih dilakukan skrinning BB dan TB. Skrinning awal berdasarkan IMT dan didapatkan
populasi 100 orang dan sampel 50 orang. Data kadar gula darah dilakukan dengan cara
mengambil darah dari ujung jari menggunakan strip gula darah dan membaca hasil
menggunakan gluko meter digital (Accu-Check). Hasil: Dari sampel 50 orang polisi
didapatkan hasil bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami gula darah tinggi
dengan usia dewasa tua (40-55 tahun). Orang yang mengalami hiperglikemia rata-rata kadar
gula darah normal sebesar 95,84 mg/dL dengan standar deviasi 11,857 mg/dL, sedangkan
rata-rata kadar gula darah tinggi sebesar 151,06 mg/dL dengan standar deviasi 47,433 mg/dL.
Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat stres pada seseorang maka semakin tinggi kadar gula
darah sehingga memiliki hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada polisi
yang mengalami gizi lebih. Perlu untuk diadakan tes pemeriksaan gula darah rutin minimal 1
tahun sekali dan lebih mengontrol berat badan, perilaku makan, rajin berolahraga dan
menghindari stres.
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.