Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Pesisir di Kabupaten Pulau Morotai

Authors

  • Erna Ratnawati Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (Research Institute for Coastal Aquaculture)
  • Ruzkiah Asaf Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (Research Institute for Coastal Aquaculture)
  • Tarunamulia Tarunamulia Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (Research Institute for Coastal Aquaculture)

Abstract

Kabupaten Pulau Morotai salah satu dari 92 pulau terpencil di Indonesia, pertumbuhan budidaya
lautnya, sangat lambat meskipun memiliki kualitas air yang tinggi serta area yang potensial.
Penelitian bertujuan mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat pesisir, peran dan
status pengembangan akuakultur laut. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok
terarah (FGD), wawancara mendalam dan observasi lapangan. Dari total 33 responden, 16
pembudidaya rumput laut, 11 petani akuakultur dan 6 responden lainnya mewakili lembaga yang
bertanggung jawab untuk pembuatan kebijakan pengembangan budidaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan budidaya perikanan yang beroperasi saat ini kurang menarik bagi
masyarakat lokal dibandingkan kegiatan utama sebagai nelayan karena dianggap kurang
menjanjikan sebagai bisnis alternatif. Faktor yang menyebabkan rendahnya produksi serta
aktivitas dalam budidaya laut yaitu modal usaha yang terbatas, kurangnya sumber daya manusia
yang terampil serta dukungan kelembagaan dan yang lebih penting lagi kurangnya informasi
tentang teknologi akuakultur (benih yang berkualitas, pengendalian hama dan proses produk
pasca panen). Faktor penghambat lainnya kurangnya ketersediaan infrastruktur pendukung
budidaya. Dari hasil analisis rantai pasar rumput laut tidak ada alternatif pengolahan lokal
untuk produk rumput laut mentah, namun hasil ikan (terutama kerapu) dapat dipasarkan secara
local ke pasar lokal atau restoran. Untuk itu pemerintah (setempat dan pusat) harus
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk membangun "model percontohan" yang
memastikan kelancaran transfer teknologi akuakultur ke masyarakat pesisir, serta melakukan
pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan sumber daya manusia.
Kata Kunci : Karakteristik, Nelayan pesisir, Pulau Morotai, Sosial-Ekonomi.

References

BPS

Morotai,

KabupatenPulauMorotai

Badan

Pusat

StatistikKabupatenPulauMorotai.

DirektoratJenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, 2016. Morotai, Keindahan Di

BibirPasifik. DirektoratJenderal Pembangunan Daerah Tertinggal. Jakarta.

Edwin L. A. N. (2001). Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya

Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Desa Bentenan-Tumbak, Kecamatan

Belang Prov. Sulawesi Utara, Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Fadel, Muhammad.2004. Reinventing Government (Pengalaman Dari Daerah).PT. Elex

Media Komputindo. Jakarta

Kabupaten Kepulauan Morotai Dalam Angka Tahun 2015. Badan Pusat Statistik.

KabupatenPulauMorotai

Kependudukan dan Pencatatan sipil, 2016.Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

KabupatenPulauMorotai.

PNPM Mandiri Pengolahan Hasil Perikanan, 2014. Minapolitan Budidaya Kab.

Kepulauan Morotai. Direktorat Kawasan Budidaya – DJPB. Jakarta

Zoer’aini. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. PenerbitBumiAksara, Jakarta.

Zulham, A. (2008). Marjin Pemasaran dan Resiko Pedagang: Kasus Pengembangan

Rumput Laut di Provinsi Gorontalo, Balai Besar RisetSosialEkonomiKelautan

dan Perikanan, Jakarta

Wright, P., Gardner, T., Moynihan, L. & Allen, M. 2005. Hubungan antara Praktek

SDM dan Kinerja Perusahaan: Memeriksa Urutan Kausal. Personil Psikologi, 58,

Downloads

Published

2019-10-21