Abstract
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah memberikan dampak perubahan serta tantangan baru kepada Jaringan Peternakan di Indonesia dalam menghadapinya. Salah satunya yang mengalami dampak tersebut adalah jaringan peternakan yang ada di Tanjungpinang. Meskipun demikian, tidak sedikit dari mereka yang memiliki ketahanan atau resiliensi. Mereka mampu menghadapi tantangan dan mampu berhadapan di situasi kerentanan di masa wabah PMK. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran resiliensi yang dilakukan oleh jaringan peternakan di Tanjungpinang dalam menghadapi dampak yang dari wabah PMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek dalam penelitian ini adalah jaringan peternakan yaitu instansi pemerintahan, peternak, pejual daging sapi, dan masyarakat produksi. Pengumpulan data dan teknik yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi pada jaringan peternak berdasarkan pada tiga jenis kompetensi dalam memahami konsep resiliensi diantaranya adalah kapasitas beradaptasi, kapasitas penanggulangan, kapasitas berubah. Berdasarkan ketiga konsep tersebut, gambaran resiliensi pada subjek yaitu subjek memiliki kemampuan dalam merespon perubahan, kreativitas dalam beradaptasi sesuai perubahan dan inovatif dalam melakukan perubahan untuk keberlangsungan mendatang