OBESITAS TIDAK HANYA DITENTUKAN OLEH PERILAKU MELEWATKAN SARAPAN (SKIPPING BRAKFAST) PADA ANAK

OBESITY IS NOT ONLY DETERMINED BY THE BEHAVIOR OF SKIPPING BREAKFAST IN CHILDREN

Authors

  • Setyoadi universitas brawijaya
  • Fitria Marina Sandy universitas brawijaya
  • Ika Setyo Rini universitas brawijaya
  • Dina Dewi Sartika Lestari Ismai universitas brawijaya

DOI:

https://doi.org/10.30597/jgmi.v13i2.34843

Abstract

Pendahuluan: Melewatkan sarapan berhubungan dengan kualitas pola makan yang buruk, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan hasil kardiometabolik yang lebih buruk. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas pada anak. Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan desain obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku melewatkan sarapan dan status nutrisi yang diukur menggunakan Student Breakfast Questionnaire (SBQ) dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur menggunaan timbangan berat badan, dan pengukur tinggi badan (microtoise). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208 responden yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Analisa data penelitian menggunakan SPSS versi 21yaitu Spearman rank test dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Sebagian besar (55,3%) responden sarapan setiap hari. Sebanyak 53,8% responden memiliki berat badan kategori “normal” yang dapat diketahui melalui pengukuran IMT. Hasil uji Spearman rank menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas (n=208;p= 0,524;α=0,05). Kesimpulan: Sarapan pada anak usia sekolah dasar pada umumnya dilakukan, tetapi masih ditemukan tidak secara teratur sarapan setiap hari. Sangat penting untuk menciptakan kesadaran di kalangan siswa sekolah  dan memotivasi mereka untuk sarapan secara teratur.

Author Biographies

Setyoadi, universitas brawijaya

<strong>Pendahuluan</strong>: Melewatkan sarapan berhubungan dengan kualitas pola makan yang buruk, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan hasil kardiometabolik yang lebih buruk. <strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas pada anak. <strong>Bahan dan</strong> <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan desain obsevasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku melewatkan sarapan dan status nutrisi yang diukur menggunakan <em>Student Breakfast Questionnaire (SBQ)</em> dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur menggunaan timbangan berat badan, dan pengukur tinggi badan <em>(microtoise)</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling.</em> Analisa data penelitian menggunakan SPSS versi 21yaitu <em>Spearman rank test </em>dengan tingkat kepercayaan 95%. <strong>Hasil:</strong> Sebagian besar (55,3%) responden sarapan setiap hari. Sebanyak 53,8% responden memiliki berat badan kategori “normal” yang dapat diketahui melalui pengukuran IMT<em>.</em> Hasil uji <em>Spearman rank </em>menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas (n=208;p= 0,524;α=0,05). <strong>Kesimpulan:</strong> Sarapan pada anak usia sekolah dasar pada umumnya dilakukan, tetapi masih ditemukan tidak secara teratur sarapan setiap hari. Sangat penting untuk menciptakan kesadaran di kalangan siswa sekolah  dan memotivasi mereka untuk sarapan secara teratur.

Fitria Marina Sandy, universitas brawijaya

<strong>Pendahuluan</strong>: Melewatkan sarapan berhubungan dengan kualitas pola makan yang buruk, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan hasil kardiometabolik yang lebih buruk. <strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas pada anak. <strong>Bahan dan</strong> <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan desain obsevasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku melewatkan sarapan dan status nutrisi yang diukur menggunakan <em>Student Breakfast Questionnaire (SBQ)</em> dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur menggunaan timbangan berat badan, dan pengukur tinggi badan <em>(microtoise)</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling.</em> Analisa data penelitian menggunakan SPSS versi 21yaitu <em>Spearman rank test </em>dengan tingkat kepercayaan 95%. <strong>Hasil:</strong> Sebagian besar (55,3%) responden sarapan setiap hari. Sebanyak 53,8% responden memiliki berat badan kategori “normal” yang dapat diketahui melalui pengukuran IMT<em>.</em> Hasil uji <em>Spearman rank </em>menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas (n=208;p= 0,524;α=0,05). <strong>Kesimpulan:</strong> Sarapan pada anak usia sekolah dasar pada umumnya dilakukan, tetapi masih ditemukan tidak secara teratur sarapan setiap hari. Sangat penting untuk menciptakan kesadaran di kalangan siswa sekolah  dan memotivasi mereka untuk sarapan secara teratur.

Ika Setyo Rini, universitas brawijaya

<strong>Pendahuluan</strong>: Melewatkan sarapan berhubungan dengan kualitas pola makan yang buruk, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan hasil kardiometabolik yang lebih buruk. <strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas pada anak. <strong>Bahan dan</strong> <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan desain obsevasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku melewatkan sarapan dan status nutrisi yang diukur menggunakan <em>Student Breakfast Questionnaire (SBQ)</em> dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur menggunaan timbangan berat badan, dan pengukur tinggi badan <em>(microtoise)</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling.</em> Analisa data penelitian menggunakan SPSS versi 21yaitu <em>Spearman rank test </em>dengan tingkat kepercayaan 95%. <strong>Hasil:</strong> Sebagian besar (55,3%) responden sarapan setiap hari. Sebanyak 53,8% responden memiliki berat badan kategori “normal” yang dapat diketahui melalui pengukuran IMT<em>.</em> Hasil uji <em>Spearman rank </em>menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas (n=208;p= 0,524;α=0,05). <strong>Kesimpulan:</strong> Sarapan pada anak usia sekolah dasar pada umumnya dilakukan, tetapi masih ditemukan tidak secara teratur sarapan setiap hari. Sangat penting untuk menciptakan kesadaran di kalangan siswa sekolah  dan memotivasi mereka untuk sarapan secara teratur.

Dina Dewi Sartika Lestari Ismai, universitas brawijaya

<strong>Pendahuluan</strong>: Melewatkan sarapan berhubungan dengan kualitas pola makan yang buruk, indeks masa tubuh yang lebih tinggi, dan hasil kardiometabolik yang lebih buruk. <strong>Tujuan:</strong> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas pada anak. <strong>Bahan dan</strong> <strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan desain obsevasional analitik dengan pendekatan <em>cross sectional.</em> Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 1 sampai kelas 6. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku melewatkan sarapan dan status nutrisi yang diukur menggunakan <em>Student Breakfast Questionnaire (SBQ)</em> dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diukur menggunaan timbangan berat badan, dan pengukur tinggi badan <em>(microtoise)</em>. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208 responden yang diambil dengan menggunakan teknik <em>stratified random sampling.</em> Analisa data penelitian menggunakan SPSS versi 21yaitu <em>Spearman rank test </em>dengan tingkat kepercayaan 95%. <strong>Hasil:</strong> Sebagian besar (55,3%) responden sarapan setiap hari. Sebanyak 53,8% responden memiliki berat badan kategori “normal” yang dapat diketahui melalui pengukuran IMT<em>.</em> Hasil uji <em>Spearman rank </em>menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara melewatkan sarapan dengan kejadian obesitas (n=208;p= 0,524;α=0,05). <strong>Kesimpulan:</strong> Sarapan pada anak usia sekolah dasar pada umumnya dilakukan, tetapi masih ditemukan tidak secara teratur sarapan setiap hari. Sangat penting untuk menciptakan kesadaran di kalangan siswa sekolah  dan memotivasi mereka untuk sarapan secara teratur.

Downloads

Published

2024-11-25

How to Cite

Setyoadi, Marina Sandy, F., Setyo Rini, I., & Sartika Lestari Ismai, D. D. (2024). OBESITAS TIDAK HANYA DITENTUKAN OLEH PERILAKU MELEWATKAN SARAPAN (SKIPPING BRAKFAST) PADA ANAK : OBESITY IS NOT ONLY DETERMINED BY THE BEHAVIOR OF SKIPPING BREAKFAST IN CHILDREN. Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia (The Journal of Indonesian Community Nutrition), 13(2). https://doi.org/10.30597/jgmi.v13i2.34843