UPAYA PREVENTIF MASALAH PENYALAHGUNAAN NAFZA PADA REMAJA MELALUI PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN REMAJA

Authors

  • Wahyul Anis Prodi Kebidanan FK Unair
  • Euvanggelia Dwilda Ferdinandus Universitas Airlangga Surabaya
  • Farida Fitriana Universitas Airlangga Surabaya

Keywords:

Youth health cadres, peers

Abstract

Napza was substances or drugs derived from plants or non-plants, either artificial (synthetic) or semi-artificial (semi-synthetic) that can cause addiction. The results of Narcotics Information System in 2018 in Surabaya explained that based on the education level of drug users, 7.6% graduated from junior high school, 9.4% graduated from high school and graduated from higher education (5.5%). These data prove that it was important to make efforts to increase knowledge as an effort to prevent drug abuse. Permenkes Number 25 the year 2014 mandates health services for school-age children and adolescents to involve school health cadres and peer counselors and it is important to involve youth in providing youth care health services. Community service activities aim to increase adolescent knowledge about drug abuse through empowering Adolescent Health Cadres. The activity was carried out in two stages, namely the first stage, namely conducting training for Youth Health Cadres (KKR). The second stage is implementing peer activities. The results of the pre and post-test knowledge explained that there was an increase in the level of knowledge of adolescents both in KKR training activities and peer seminars. The conclusion is that there is an increase in the knowledge of adolescents after participating in the KRR training and peer-to-peer seminars so that it is hoped that similar activities will continue to be carried out because peers are part of environmental factors that contribute to the prevention of problems in adolescents, especially in drug abuse. --- Napza adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik buatan (sintetis) atau semi buatan (semi sintetis) yang dapat menyebabkan ketagihan. Hasil Sistem Informasi Narkoba tahun 2018 di Surabaya menjelskan berdasarkan tingkat pendidikan pengguna Napza sebesar 7,6% berpendidikan tamat SMP, 9,4% tamat SMU dan tamat pendidikan Tinggi (5,5%). Data tersebut membuktikan bahwa penting melakukan upaya peningkatan pengetahuan sebagai upaya pencegahan penyalahgunaan Napza. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 mengamanatkan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja melibatkan kader kesehatan sekolah dan konselor sebaya serta penting melibatkan remaja dalam melakukan pelayanan kesehatan peduli remaja. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan Napza melalui pemberdayaan Kader Kesehatan Remaja. Kegiatan dilaksanakan melalui dua tahap yaitu pada tahap pertama yaitu melakukan pelatihan kepada Kader Kesehatan Remaja (KKR). Tahap kedua yaitu melaksanakan kegiatan teman sebaya. Hasil dari pre dan post test menjelaskan bahwa terjadi peningkatan tingkat pengetahuan remaja baik dalam kegiatan diklat KKR maupun  seminar sebaya.  Kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan remaja setelah mengikuti pelatihan KKR dan Seminar teman sebaya sehingga diharapkan kegiatan serupa terus dilaksanakan karena teman sebaya merupakan bagian dari faktor lingkungan yang berkontribusi penting dalam pencegahan masalah pada remaja khususnya dalam penyalahgunaan Napza.

References

AlQuaiz, A. J. M., Kazi, A., & Al Muneef, M. (2013). Determinants of sexual health knowledge in adolescent girls in schools of Riyadh-Saudi Arabia: A cross sectional study. BMC Women’s Health, 31(1), 13–19. https://doi.org/10.1186/1472-6874-13-19

Anis, W., Ferdinandus, E. D., & Fitriana, F. (2020). Konselor Kader Kesehatan Remaja (2nd ed.). Surabaya: Airlangga University Press (AUP).

BNN, P. (2020). Indonesia Drugs Report 2019. Jakarta.

Carliner, H., Mauro, P. M., Brown, Q. L., Shmulewitz, D., Rahim-Juwel, R., Sarvet, A. L., … & Hasin, D. S. (2017). The Widening Gender Gap in Marijuana Use Prevalence in The U.S. during a Period of Economic Change, 2002–2014. Drug and Alcohol Dependence, 170(1), 51–58.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Griffin, K. W., & Botvin, G. J. (2010). Evidence-Based Interventions for Preventing Substance Use Disorders in Adolescents. NIH Public Access, 19(3), 505–526. https://doi.org/10.4274/tpa.46.42

Hurlock, E. (2010). Psikologi Perkembangan - Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Buku KIE Kader Kesehatan Remaja. Jakarta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2019). Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS/M. Jakarta.

Merikangas, K.R., He, J.P., Burstein, M., Swendsen, J., Avenevoli, S., Case, B., Georgiades, K., Heaton, L.,& Swanson, S. O. M. (2011). Service utilization for lifetime mental disorders in U.S. adolescents: Results of the national comorbidity surveyAdolescent supplement (NCS-A). Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 50(1), 32–45.

Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Syaiful, Y., Fatmawati, L., & Aminah, S. (2020). Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) di Desa Hendrosari Menganti Gresik Increased Knowledge and Attitude of Mothers about Complementary Food for Mother’s Milk in Hendrosari Village, Menganti Gresik. Jurnal Panrita Abdi, 4(2), 195–204. Retrieved from http://journal.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi

Thomas, R. E., Baker, P. R., Thomas, B. C., & Lorenzetti, D. L. (2015). Cochrane Review Summary: Family-based programmes for preventing smoking by children and adolescents. Cochrane Database of Systematic Reviews, 18(2), 303–304. https://doi.org/10.1017/S1463423617000056

UNODC. (2018). Drugs and age. United Nations Office on Drugs and Crime. https://doi.org/10.18356/dbd47a51-en

Downloads

Published

2021-08-13