IDENTIFIKASI SANITASI LINGKUNGAN DASAR RUMAH TANGGA MELALUI SURVEY DAN PENYULUHAN DI KAWASAN TAMBAK PERAIRAN SUNGAI MUSI KECAMATAN GANDUS
DOI:
https://doi.org/10.20956/pa.v7i2.20814Keywords:
Environmental, sanitation, householdAbstract
Improved sanitation is an effort to prevent disease and health problems from environmental risk factors to realize a healthy environmental quality from the physical, chemical, biological, and social aspects. One of the efforts that can be done, namely increasing access to clean water, sanitation facilities, and hygienic behavior (WASH), is a significant opportunity to improve public health and welfare by preventing the spread of disease and improving nutritional status. This service aims to identify environmental sanitation and efforts to improve public health status. The method used in this service was a survey and observation in 24 residents' houses, then continued with providing education and counseling about environmental health. The results of the service show that the characteristics of most residents' houses still need a ceiling. On average, respondents throw away their garbage and burn it, residents have trash cans, but they are temporary, and the conditions are not strong or tightly closed. Most respondents already have a latrine with a sitting latrine type, but the distance is less than 10 meters, and there is still a lack of clean water sources, so they do not meet the requirements. Almost half of the respondents stated that a family member had been sick in the past year with non-communicable disease. Respondents have implemented clean and healthy living behavior. However, some things need to be implemented optimally, such as the need for more eating vegetables and fruit and many family members still smoking. It is crucial to improve household basic environmental sanitation to improve the health status of the community. --- Peningkatan sanitasi merupakan upaya pencegahan penyakit dan atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun social. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan akses ke air bersih, fasilitas sanitasi, dan perilaku higienis (WASH) merupakan peluang utama untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan mencegah penyebaran penyakit dan meningkatkan status gizi. Tujuan pengabdian ini untuk mengidentifikasi sanitasi lingkungan dan upaya dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini dilakukan survey dan observasi di 24 rumah warga kemudian dilanjutkan dengan pemberian edukasi dan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa karakteristik rumah warga mayoritas belum memiliki plafon. Rata-rata responden membuang sampahnya dan dibakar, warga memiliki tempat sampah namun tidak permanen dan kondisinya tidak kuat dan tidak tertutup rapat. Mayoritas responden telah memiliki jamban dengan jenis jamban duduk namun jaraknya < 10 meter serta masih minimnya sumber air bersih sehingga belum memenuhi syarat. Hampir separuh responden menyatakan bahwa terdapat anggota keluarga yang pernah sakit dalam satu tahun terakhir dengan jenis penyakit tidak menular. Responden telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat namun masih ada beberapa hal yang belum diterapkan secara maksimal seperti kurangnya makan sayur dan buah serta masih banyaknya anggota keluarga yang merokok. Penting untuk meningkatkan sanitasi lingkungan dasar rumah tangga untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
References
Celesta, A. G., & Fitriyah, N. (2019). Overview Basic Sanitation In Payaman Village, Bojonegoro District 2016. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(2), 83. https://doi.org/10.20473/jkl.v11i2.2019.83-90
Dearden, K. A., Schott, W., Crookston, B. T., Humphries, D. L., Penny, M. E., & Behrman, J. R. (2017). Children with access to improved sanitation but not improved water are at lower risk of stunting compared to children without access: a cohort study in Ethiopia, India, Peru, and Vietnam. BMC Public Health, 17(1), 1–19. https://doi.org/10.1186/s12889-017-4033-1
Dinas Kesehatan Kota Palembang. (2017). Profil Kesehatan Palembang Tahun 2017. 72.
Juffrie, M. (2005). Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada anak 0-35 bulan (Batita) di Kabupaten Bantul. [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada.
Kemenkes, Ri. (2011). Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, 2(2), 1–6.
Kemenkes RI. (2019). Laporan Provinsi Sumatera Selatan Riskesdas 2018. Badan Litbangkes, 532.
Lubis, M. S., Meilani, D., Yuniarti, R., & Dalimunthe, G. I. (2019). Pkm Penyuluhan Penggunaan Antibiotik Kepada Masyarakat Desa Tembung. Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 297–301. https://doi.org/10.32696/ajpkm.v3i1.246
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.
Pitono, A. J., Dasuki, D., & Ismail, D. (2006). Penatalaksanaan diare di rumah pada Balita. Berita Kedokteran Masyarakat, 22(2006).
PP. (2014). Peraturan Pemerintah (PP) RI No 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan.
Purba, I.G., Sitorus, R.J., & Lubis, F. N. (2022). Metode Komposter Sampah Skala Rumah Tangga Sebagai Upaya Intervensi Sensitif dalam Pencegahan Stunting pada Balita di Desa Muara Penimbung Ulu Kecamatan Indralaya. 6(1), 30–41. http://journal.unhas.ac.id/index.php/panritaabdi
Sa’ban, L. M. A., Sadat, A., & Nazar, A. (2020). Jurnal PKM Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 10–16. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v5i1.4365
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Rahmatillah Razak, Yuanita Windusari, Anita Camelia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.