STUDI POTENSI PANAS BUMI DAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA ALTERNATIF DI PANTAI PARANG TRITIS YOGYAKARTA
Isi Artikel Utama
Abstrak
Potensi PLTP (pusat listrik tenaga panas bumi) di Indonesia yang sudah beroperasi berkisar dari 12 MW (Sibayak)
hingga 375MW (Gunung Salak). Potensi Panas Bumi di Selatan Yogyakarta yang dekat laut/pantai masih belum
dieksploitasi dan dikembangkan menjadi PLTP, namun prospek dijadikan studi alternatif modifikasi cuaca versi geoengineering dengan menguapkan air laut (dimana uap air dan aerosol yang berasal dari garam air laut) berbeda dengan
PLTP dimana uap air limbahnya tidak mengandung aerosool pembentuk awan. Tanpa Aerosol sebagai CCN (Cloud
Condensation Nuclei), mustahil akan terbentuk menjadi awan, sekalipun uap air berlimpah dan jenuh di level
kondensasi (Cloud Condensation Level) atau LCL (Lifting Condensation Level). Studi pemanfaatan potensi panas
bumi dekat pantai di DIY (Parang Wedang, Parang Kusumo dan Parang Tritis) bisa dijadikan untuk memproduksi uap
air dan sekaligus aerosol/ccn, dengan mengidentifikasi potensinya, yang diasumsikan dengan kisaran antara potensi
PLTP Sibayak dan Gunung Salak. Untuk menciptakan awan single cumulus dibutuhkan minimal 1juta ton air (106
m3
), potensi dan pertumbuhan awan single cloud bisa memicu udara dan atmosfir di udara sehingga terjadi awan hujan
dari awan lainnya ditambah dengan upaya manusia yaitu TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca), baik dengan GBG dan
penyemaian awan dengan pesawat terbang. Data menunjukan akibat kekeringan dan kebakaran hutan yang terjadi
setiap tahun diperkirakan mencapai 3,53 trilyun, bahkan pada tahun 2015 hampir 221 trilyun belum termasuk rusaknya
keanekaragaman hayati, flora dan fauna serta lahan-hutan dan lainnya. Konsep dan aplikasi panas bumi untuk TMC
alternatf yang memungkinkan dan cukup prospektif ini kelak bisa direalisasikan sekalipun masih merupakan sebagai
studi awal, dan beberapa mekanisme teknis akan dipaparkan dalam paper dan presentasi yang lebih rinci. Karena,
TMC selama ini untuk menciptakan hujan buatan, sebatas menyemai awan yang sudah ada di langit. Supaya bisa turun
hujan dari awan tersebut yang ditaburi garam, dalam praktiknya upaya pembuatan hujan buatan menghadapi kendala
dan persoalan pelik, yakni tidak adanya awan yang bisa disemai untuk menjadi hujan
Rincian Artikel
Referensi
Aldrian, E. et al. 2007, Correlation Analysis of Rainfall and Indonesia Sea Surface Temperature, and Its implications on Rainfall Prediction : Cilacap case study, Jurnal Agromet Indonesia, Vol 21, No. 2, 46 – 60.
Goenawan, R.D. et al. 2011, Studi Model untuk Peningkatan Presipitasi Awan Konvektif dengan Bubuk Garam, 10th WMO Scientific Conference on Weather Modification Bali, Indonsia.
https://nasional.kompas.com/read/2012/10/08/1349409/awan.sulit.terbentuk.hujan.buatan.terkendala.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/12/20/nzms82359-bnpb-catat-kerugian-akibat-kebakaran- hutan-2015-rp-221-triliun.
Putra, N. et al. 2015, Experimental Investigation of Heat Transfer on Vertical Two-Phased Closed Thermosyphon, World Academy of Science, Engineering and Technology International, Journal of Mechanical and Mechatronics Engineering Vol. 9, No.10.
Seto, T.H. et al. 2013, Usulan Pemanfaatan TMC dengan GBG untuk Menambah Debit Air Sungai Mamasa, Sulawesi, Jurnal Sains & TMC, Vol. 14, No. 2, Jakarta, 7-14.