MASA DEPAN ENERGI TERBARUKAN DI LAUT: PERAN TEKNOLOGI TENAGA LAUT DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Isi Artikel Utama
Abstrak
Kehidupan manusia tidak lepas dari penggunaan energi. Energi dibutuhkan untuk banyak hal seperti memasak, bepergian, dan bekerja. Saat ini, energi listrik menjadi kebutuhan utama. Untuk menghasilkan energi listrik, dibutuhkan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi terbarukan maupun tidak terbarukan. Teknologi dalam bidang energi terbarukan terus mengalami perkembangan yang pesat. Penggunaan energi terbarukan bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim global dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Beragam sumber daya alam tersedia sebagai alternatif energi terbarukan., salah satunya adalah teknologi tenaga laut. Teknologi energi laut merupakan teknologi yang memanfaatkan berbagai sifat dan pergerakan laut untuk menghasilkan energi listrik. Sumber energi dari laut bisa di manfaatkan dengan menggunakan teknologi kelautan seperti teknologi arus laut, teknologi gelombang laut, dan konversi energi panas laut. Teknologi ini memudahkan adaptasi terhadap karakteristik laut yang dieksploitasi.
Unduhan
Rincian Artikel
Referensi
(1) Drew, B., Plummer, A. R., & Sahinkaya, M. N. (2009). A review of wave energy converter technology.
(2) ESDM. (2011). Pengembangan Energi Arus Laut. Diakses pada: 10 Desember 2021 dari: https://ebtke.esdm.go.id/post/2011/04/25/138/pengembangan.energi.arus.laut
(3) Elizg. (2010) Energy and The Environment-A Coastal Perspective. Diakses pada 10 Desember 2021. Dari: https://coastalenergyandenvironment.web.unc.edu/ocean-energygenerating-technologies/wave-energy/the-pelamis-wave-energy-converter/
(4) Emec. (2021) Wave Device. Diakses pada: 10 Desember 2021. Dari: https://www.emec.org.uk/marine-energy/wave-devices/
(5) Firmansyah, Afrian. (2020) OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) Untuk Indonesia. Diakses pada 11 Desember 2021 dari: https://kumparan.com/afrian-firmansyah1604996256795482990/otec-ocean-thermal-energy-conversion-untuk-indonesia1uYtuhH8spJ/full
(6) Hari, B. S. (2019). Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Penerbit Duta.
(7) McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015). Research using qualitative, quantitative or mixed methods and choice based on the research. Perfusion, 30(7), 537-542.
(8) Lehmann, M. dkk. (2016). Ocean Wave Energy in The United States: Current Status and Future Perspective. http://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2016.11.101
(9) OpenEI. (2021) Wave Energy. Diakses pada 10 Desember 2021 dari: https://openei.org/wiki/Wave_Energy
(10) Prihatno, Joko dkk. (2020). Laporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Monitoring, Pelaporan, Verivikasi (MPV). Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
(11) Salajan, A., Tsolova, S., Ciotti, M., & Suk, J. E. (2020). To what extent does evidence support decision making during infectious disease outbreaks? A scoping literature review. Evidence & Policy: A Journal of Research, Debate and Practice, 16(3), 453-475
(12) Sunarti dkk. (2020). Inventarisasi GRK Bidang Energi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Energi Sumber Daya Mineral.
(13) Windyswara, D. (2018). Alasan pemerintah Indonesia meratifikasi paris climate agreement tahun 2016. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 6(4)
(14) Zarubin, Bobby. (2015). Ocean Current Energy: Under Water Turbines. Diakses pada 10 Desember 2021 dari: http://large.stanford.edu/courses/2014/ph240/zarubin2/
(15) Sumotarto, U. 2003. Pemanfaatan energi pasang surut. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 5(5). 85-93.
(16) ESDM, (2011).Road Map Penelitian dan Pengembangan Energi Arus Laut https://esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/road-map-penelitian-dan-pengembangan-energi-arus-laut