‘Belimpun Taka Tugas, Insuai Taka Tapu’: Orang Tidung, Marginalisasi dan Perlawanan di Pulau Sebatik Nunukan
PDF

How to Cite

idrs, usman. (2017). ‘Belimpun Taka Tugas, Insuai Taka Tapu’: Orang Tidung, Marginalisasi dan Perlawanan di Pulau Sebatik Nunukan. ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia, 2(2), 134–152. https://doi.org/10.31947/etnosia.v2i2.2574

Abstract

The struggle among various ethnic groups socially forms ethnic stratification and contestation discourse. This article aims to explore Tidung movement as native inhabitants, but marginalised minority in order to get involved in the struggle of power relations in Pulau Sebatik which has been dominated by migrants. The study indicates that as minority group, Tidung people is stereotyped by other ethnic group as lazy, slow, less educated, and under develop. These marginalised them in many aspects of life, particularly in economics, politics, land tenure. In responding to this, Tidung people establish a movement to develop symbolic investation strategy, so that they have a space in rhe struggle of power relations in Pulau Sebatik. The movement unites sub-ethnic Tidung, namely Sebuku, Sembakung, dan Sesayap by establishing FKWT - Forum Komunikasi Warga Tidung (Communication Forum of Tidung People) and LAT - Lembaga Adat Tidung (Customary Institution of Tidung) in order to legitimate their power as indigeneous people. Then, customary forest is claimed as the symbol to gain their right for forest management. They also gain prestige by getting involved in the border conflict between Malaysia and Indonesia through which they can show that they contribute in maintaining state sovereignity.

https://doi.org/10.31947/etnosia.v2i2.2574
PDF

References

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Acciaioli G. L, & Reuter T. 2016. The Pan-Dayak Revitalisation Movement: Ethnic Identity, Conversion and Political Conflict in Kalimantan. Manuskrip. Tidak diterbitkan.

Aminah A. N. 2011.”Tersingkirnya Orang-Orang Tidung”. Republika, Januari 5; Teraju hal. 25.

Barth F.1988. Kelompok Etnis dan Batasannya. Jakarta : UI Press.

Batubara H. 2014. Pulau Sebatik Ikon Kota Perbatasan : Beranda Depan Kedaulatan Bangsa. Bandung : Wilayah Perbatasan.com.

Benedict, Anderson. 2004. Imagined Communities; Komunitas-Komunitas Terbayang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Biantoro S. 2011. Masyarakat Perbatasan Di Sebatik Masa Konfrontasi 1963 – 1966 . Tesis. Universitas Indonesia

Buchari S. A. 2014. Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas. Jakarta : Obor.

Creswell J. W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmansyah, M.A., dkk. 1980. Stuktur Bahasa Tidung. Banjarmasin: Departemen Penelitian dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Darwono, Irmadi, dkk. 2010. Peran Pemerintah Daerah di Perbatasan dalam melindungi warga negara Indonesia yang dideportasi. Laporan Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan HAM. Tidak diterbitkan.

Endan Rudiatin, 2012. Ekonomi Integratif Masyarakat Perbatasan (Suatu Kajian Mengenai Ekonomi masyarakat perbatasan di Desa Aji Kuning Pulau Sebatik). Disertasi. Universitas Indonesia.

Hartatik. 2014. Perbandingan Bahasa dan Data Arkeologi pada Suku Tidung dan Dayak di Wilayah Nunukan : Data Bantu untuk Rekonstruksi Sejarah Dan Perubahan Budaya. Banjarmasin : Vol. 8 No. 1/2014 - Balai Arkeologi Banjarmasin.

Kahn J. S. 2016. Kultur, Multikultur, dan Postkultur : Keragaman Budaya dan Imprealisme Kapitalisme Global. Yogyakarta, Indes Publishing.

Kumbara, A.A.N.A. 2008. Konstruksi Identitas Orang Sasak di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Humaniora, 20 (3) : 315-326.

Mattulada, 1975. Latoa; Suatu Lukisan Analisis Terhadap Antropologi Orang Bugis. Disertasi. Djakarta: Universitas Indonesia.

Maunati Y. 2004. Indetitas Dayak : Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta : LkiS.

Maunati Y. 2010. Etnisitas di Nunukan dan Sebatik. Dalam Etnisitas, Pengembangan Sumber daya Lokal dan Potensi Perdagangan Internasional dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Nunukan –Kalimantan Timur. Jakarta: LIPI Press.

Muthohar A. 2015. Islam Dayak : Dialektika Identitas Dayak Tidung di Pulau Kalimantan. Semarang, Fatawa Publishing.

Nanang, Martinus. 2012. Sejarah dan Kebudayaan Tidung di Malinau. Academi.Edu.com di akses pada tanggal 11 Desember 2015

Nurlin. 2016. Kembalinya Barata Kulisusu : Kebangkitan Identitas Kelompok Bangsawan Kulisusu dalam proses Pemekaran Kabupaten Buton Utara. Jurnal Etnosia 1(1) : 1-14.

Okushima M. 2003.“Ethnic Background of the Tidung: Investigation of the Extinct Rulers of Coastal Noetheast Borneo. Journal of Southeast Asian Studies · January 2003 diakses pada tanggal 10 Desember 2015.

Pelras, Christian 2006. Manusia Bugis. Forum Jakarta-Paris-Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Jakarta

Riawanti S. 2017. Teori Tentang Praktik : Saduran Outline of a Theory of Practice karya Pierre Bourdieu. Bandung, Ultimus.

Salim, A. 2006. Stratifikasi Etnik : Kajian Mikro Sosiologi Interaksi Etnis Jawa dan Cina. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Susanto, Nugroho Nur. 2013. Pengaruh Islam Terhadap Identitas Tidung. Banjarmasin : Vol. 7 No. 2/2013 - Balai Arkeologi Banjarmasin.

Tahara, T. 2014. Melawan Stereotip: Etnografi, Reproduksi Identitas, dan Dinamika Masyarakat Katobengke, Buton yang terabaikan. Jakarta : KPG.

Tirtosudarmo, Riwanto dan Haba, John. (2005). Dari Entikong sampai Nunukan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Tsing, Anna L., (1998). Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan : Proses Marginalisasi Masyarakat Terasing. Yogyakarta. Yayasan Obor Indonesia