PERANCANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PIDADA CARAMEL WIRE SLICER DALAM PRODUKSI DODOL PIDADA
Keywords:
Mangrove, dodol pidada, food-grade, pidada caramel wire slicer, packagingAbstract
Abstract. The Beautiful Mangrove Group in Pantai Bahagia Village, Bekasi, West Java, has long time produced varieties of snacks from mangrove pidada which grow in the coastal region. One of them is dodol pidada. Dodol pidada is still produced conventionally because they use manual tools, such as knives and rulers. The size of dodol pidada is not the same and when eaten, dodol has still adhered in the package wrap. Therefore, modern technology is needed to produce dodol pidada with better quality, which is called pidada caramel wire slicer. The objectives of this activity are (a) to create a pidada caramel wire slicer; (b) to increase the quality and quantity of dodol pidada production. The method of this activity is the design of the dodol cutting tool, with the stages of tool design, tool creating, testing and error analysis, and evaluation. Basic materials and cutting arms used is food-grade; wire slicer using stainless material. Dimensions are designed to measure 40 cm x 40 cm x 60 cm with a size per mold of 3x3x1 cm. The selected packaging has food-grade material and is not sticky if dodol is packaged and stored at room temperature. The pidada caramel wire slicer can function properly and can be used practically to be produced in large quantities in one production period, no more than one hour. In terms of quality, dodol is no longer sticky on the packaging.
Abstrak. Kelompok Mangrove Indah di Desa Pantai Bahagia, Bekasi, Jawa Barat, telah lama memproduksi panganan dari mangrove pidada yang tumbuh di lingkungan pesisir. Salah satu olahan khasnya adalah dodol pidada. Dodol pidada diproduksi dengan cara konvensional karena masih menggunakan alat-alat manual, seperti pisau dan penggaris. Dodol yang dihasilkan tidak sama besar dan ketika dimakan, dodol masih menempel pada bungkus kemasan. Karena itu, diperlukan teknologi modern untuk menghasilkan dodol dengan kualitas yang lebih baik, yang dinamakan pidada caramel wire slicer. Tujuan kegiatan adalah (a) menciptakan alat pidada caramel wire slicer; (b) meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dodol pidada. Metode kegiatan adalah rancang bangun alat pemotong dodol, dengan tahapan perancangan alat, pembuatan alat, pengujian dan analisis kesalahan, serta evaluasi kegiatan. Dasar material dan cutting arms menggunakan food grade; wire slicer menggunakan material stainless. Dimensi yang dirancang berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm dengan ukuran per cetakan 3x3x1 cm. Kemasan yang dipilih memiliki material food grade dan tidak lengket jika dodol dikemas dan disimpan dalam suhu ruangan. Pidada caramel wire slicer yang dihasilkan dapat berfungsi dengan baik dan dapat digunakan dengan mudah untuk menghasilkan dodol dalam jumlah banyak dalam sekali cetak dengan rentang waktu produksi tidak lebih dari satu jam. Dari segi kualitas, dodol tidak lagi lengket di kemasan.
References
Ansar, & Nazaruddin. (2018). Peningkatan produktivitas dan kualitas dodol nangka di Desa Suranadi Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Panrita Abdi, 2(2), 135–141.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2018). Pedoman pemilihan jenis kemasan. Jakarta: BPOM RI.
Heroito, G. (2018). Perbaikan mesin pengaduk dodol.
Ilma, N. (2012). Studi pembuatan dodol buah dengen (Dillenia serrata Thunb).
Kotler, P., & Amstrong, G. (2004). Principles of marketing. New Jersey: Upper Pearson Education Inc.Saddle River.
Ta’alidin, Z., Dedy, B., & Dewi, P. (2013). Kajian karakteristik ekososionomik wilayah pesisir dalam upaya pelestarian ekosistem hutan mangrove di Kabupaten Mukomuko.
Utomo, D., Murtadlo, K., & Novia, C. (2016). Pemanfaatan limbah biji nangka menjadi dodol dan kerupuk. Teknologi Pangan: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian, 7(3), 114–117.
UU No. 16 Tahun 2012 tentang Pangan. (2012).
Wijayanti, S. H., Hermawan, F., & Ramawati, Y. (2018). Pemberdayaan perempuan Pantai Beting dalam pengolahan dodol mangrove. Jurnal Wirakrama Parahita, 2(1), 6–13.
Wikandari, E. (2017). Stainless steel 304, 316, 430, dan 201, apa bedanya? Retrieved from http://blog.duniamasak.com/stainless-steel-304-316-430-dan-201-apa-bedanya/
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.