Abstract
Pebula is a Buton's terminology to refer to acts of corruption. The act of pebula can be in the form of fraud or embezzlement of the state budget, bribes, as well as taking advantage of deception by abusing public office, authority, and power. In the social and state system in Buton, there is a wisdom that reflects the spirit of eradicating pebula. This spirit is manifest through several practices in the life of the community and state that functionally reflect prevention and action (law enforcement) of criminal acts pebula. This study was conducted with a qualitative approach using data collection techniques through the manuscript, library research, and in-depth interviews with informants. This article describes how the prevention and enforcement approach to “pebula” is practiced in the society and state life in Buton as an effort to actualize a clean and accountable governance.References
Anceaux, J.C. (1987). Wolio Dictionary (Wolio – English – Indonesian). Foris Publication Holland.
Addin, Asnur, Sadidi, Kartono, Rahmat., Sarfan K.A. (2011). Israrul Umrai Fiy Adatil Wuzurai; Undang-Undang Martabat Tujuh dan Sifat Dua Puluh Kesultanan Buthuuni. Baubau: Yayasan Fajar Al Buthuuni.
Anwar, S. (2018). Sejarah Buton: Labu Rope Labu Wana, dan Pelajaran yang dapat Ditarik dari Nilai-Nilai Tersebut; “Makalah”, disampaikan pada Seminar Budaya Forum Anak Kota Baubau”. Baubau, 22 Nopember 2018.
Ali, M. (2019). Revitalisasi dan Reaktualisasi Nilai Budaya sebagai Instrumen Pencegahan Tindak Pidana Korupsi. “Makalah”, disampaikan pada Seminar Forum OSIS Remaja Milenial Anti Korupsi. Baubau, 27 Juli 2019.
Daliyo, J.B. (1992). Pengantar Ilmu Hukum; Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.
Hadikusuma, H. (1986). Antropologi Hukum Indonesia. Bandung: Alumni.
Hamka (1983). Tafsir Al Azhar Juz 1 dan 2. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Niampe, L. (2009). Undang-Undang Buton Versi Muhammad Idrus Qaimuddin. Kendari: FKIP Unhalu.
Priyono, B.H. (2018). Korupsi; Melacak Arti, Menyimak Implikasi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Rudyansyah, T. (2009). Sejarah, Kekuasaan, dan Tindakan; Sebuah Kajian tentang Lanskap Budaya. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso, L., Meyraswati, D. (2015). Model Strategi Kebudayaan dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Jurnal Review Politik, Vol. 05 Nomor 01, Juni 2015, hal.22-45.
Suryadi (2007). Surat-Surat Sultan Buton, Dayyan Asraruddin dan Kaimuddin I, Koleksi Universiteitsbibliotheek Leiden, Belanda. Jurnal Humaniora Vol.19, Nomor 3, Oktober 2007, hal.28-301.
Schoorl, P. (2003). Masyarakat, Sejarah, dan Budaya Buton. Jakarta: Penerbit Djambatan dan KITLV-Jakarta.
Tahara, T. (2014). Melawan Stereotipe; Etnografi, Reproduksi Identitas, dan Dinamika Masyarakat Katobengke Buton yang Terabaikan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Yunus, A.R. (1995). Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Pada Abad ke-19, Seri INIS; Jilid 24. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies.
Zahari, A.M. (1977). Sejarah dan Adat fiy Darul Butuni. Jakarta: Depdikbud.
Zuhdi, S. (2018). Sejarah Buton yang Terabaikan; Labu Rope Labu Wana (Edisi Revisi). Jakarta: Wedatama Widya Sastra.