PREDIKSI PASANG SURUT DI PULAU SATANGNGA KAB. TAKALAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY
Isi Artikel Utama
Abstrak
Indonesia adalah negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya memiliki potensi besar dalam sumber daya alamnya. Untuk mendukung transportasi khususnya untuk transportasi laut, sangat penting untuk mengetahui naik turunnya pergerakan air di permukaan. Perhitungan komponen dapat ditentukan menggunakan Admiralty, yang dalam perhitungan pasang surutnya (amplitudo dan fase) dilakukan secara bertahap menggunakan tabel untuk pengamatan panjang 15 piantan dan 29 piantan. Pengamatan pasang surut digunakan untuk praktis dan ilmiah untuk mempelajari tentang fenomena air yang memiliki efek bagi masyarakat. Pengamatan pasut adalah untuk mengetahui prediksi pasut di Pulau Satangnga. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang prediksi pasang surut di Satangnga yang dapat digunakan sebagai referensi pengembangan. Metodologi penelitian ini terdiri dari lokasi penelitian di Pulau Satangnga, Data Dasar, Data Pasang Surut selama 15 hari, prediksi pasang surut menggunakan metode Admiralty, Skema Penelitian Umum, dan Skema Admiralty. Dari hasil analisis pasut menggunakan metode Admiralty, diketahui bahwa konstanta harmonik untuk setiap komponen pasut (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1) masing-masing dengan amplitudo (A): 14, 9, 4, 28, 29, 1, 0, 3 dan 9, sedangkan pada fase pasang surut (g0): 214, 357, 284, 318, 235, 62, 203, 357 dan 318. Hasil metode analisis pasut Admiralty diperoleh pada nilai 2,4 cm Formzahl yang menunjukkan jenis pasang surut di Pulau Satangga adalah campuran yang berlaku diurnal. Sementara itu, berdasarkan analisis untuk Level Air Tinggi Tertinggi (HHWL) dan Level Air Rendah (LWL), diperoleh rentang pasang surut 197 cm. Hasil untuk prediksi pasut adalah menggunakan Mean Sea Data (S0) dan konstanta harmonik menjadi elevasi pasut dalam fungsi waktu.
Rincian Artikel
Referensi
Diposaptono, S. 2007. Karakteristik Laut Pada Kota Pantai. Direktorat Bina Pesisir, Direktorat
Jendral Urusan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Departe men Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Dronkers J.J. 1964. Tidal Computations in Rivers and Coastal Waters. North Holland Publishing Company.
Amsterdam.
Lestari, A.D., dkk. 2010. Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut pada Intrusi Air Laut di Akuifer Pantai. Jurnal ITB. Bandung.
Malik, Abdul. 2007. Pasang Surut. http://www.slideshare.net/guest01cdf1/pasang-surut-pasut. Net. Diakses pada 15 Juni 2016.
Mahatmawati, D.A., dkk. 2009. Perbandingan fluktuasi muka air laut rerata (mlr) di perairan pantai Utara Jawa Timur dengan perairan pantai Selatan Jawa Timur.
Jurnal kelautan. (Volume 2, No.1).
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit: Djambatan, Jakarta.
Ongkosongo, O., S, R. 1989. Asean - Australia Cooperative Program on marine scienceProject: tides and tidal phenomena: Pasang surut. Lembaga Ilmu P Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta.
Priyana, T., 1994, Studi pola Arus Pasang Surut di Teluk Labuhantereng Lombok Nusa Tenggara Barat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rawi, S. 1994. Pengolahan Data Pasang Surut. Kursus Intensif Oseanografi Bagi Perwira TNI AL. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Susanna, A.S., 2008. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya non-hayati Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Suyarso. 1989. Pasang Surut. LIPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Jakarta 255 halaman. Triadmojo, B. 1999. Teknik Pantai, Penerbit: Beta Offset, Yogyakarta. Wirjohamidjojo,
Soejardi., dkk., 2008. Praktek Meteorologi Kelautan, (Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika), hal 97-98.
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The Southeast Asian Waters. Naga Report. Vol.2.
The University of California. California